JAMBI | SURYA Online - Petugas lapangan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Jambi menggunakan bom karbit untuk menghalau harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) yang menerkam pencari getah pohon jelutung hingga tewas, Sabtu (24/1/2009) pagi.
Kepala BKSDA Provinsi Jambi, Didy Wurjanto ketika dihubungi di Jambi, mengatakan, anak bauhnya sedang di lokasi kejadian tewasnya pencari getah bernama Raba’i bin Thalib (43), warga Desa Pematang Raman, Kecamatan Kumpe Ilir, Kabupaten Muarojambi.
Ia diterkam dua harimau di kawasan hutan eks Hak Pengusahaan Hutan (HPH) PT Putra Duta Indahwood (PDI). Peristiwa mengenaskan itu terjadi pada Sabtu pukul 03:00 WIB saat korban keluar dari pondok untuk buang air kecil. Akibat terkaman binatang buas itu, korban mengalami luka cukup serius pada bagian kepala, leher dan tulang rusuk kanannya patah.
“Untuk menangkap atau menembak harimau itu dengan peluru bius agak sulit, karena sudah masuk hutan. Satu-satunya jalan mengusir satwa langka itu dengan bom karbit agar tidak berkeliaran atau masuk ke lahan perkebunan petani,” katanya.
Ia memperkirakan, harimau yang menerkam Raba’i berusia tua yang saat ini mulai kesulitan mencari makan di hutan akibat banyaknya hutan di Jambi berubah fungsi menjadi lahan perkebunan kelapa sawit dan Hutan Tanaman Industri (HTI).
Lokasi kejadian itu merupakan kawasan penyangga Taman Nasional Berbak (TNB) yang selama ini menjadi tempat berkembang biaknya populasi harimau Sumatera. Namun TNB kini juga mengalami kerusakan atau sebagian gundul akibat perambahan dan pembalakan liar.
Harimau Sumatra di Jambi saat ini (di luar Taman Nasional Kerinci Seblat/TNKS) diperkirakan populasinya tinggal 20 ekor yang terancam punah akibat terdesak oleh penggundulan hutan dan maraknya perburuan liar. “Berdasarkan hasil survei pada 2006, populasi harimau Sumatra di Jambi tinggal 60 ekor, namun saya memperkirakan kini tinggal 20 ekor,” ujarnya.
Ia menjelaskan, degradasi hutan menjadi penyebab utama kian menurunnya populasi harimau Sumatra di Jambi, yang sebagian besar berusia tua dan tidak kompetitif lagi melakukan penjelajahan dari satu kawasan hutan ke kawasan lain untuk mencari makan.
Akibatnya satwa-satwa itu masuk ke perkebunan dan perkampungan dan memangsa apa saja yang dilihat untuk mempertahankan hidup. BKSDA Jambi mengharapkan pemerintah pusat dan daerah dapat membangun kawasan khusus habitat harimau Sumatra, sehingga korban jiwa manusia akibat diterkam satwa itu tidak terulang, sekaligus menyelamatkan populasi harimau itu dari ancaman kepunahan.
Ia mengimbau semua lapisan masyarakat agar menjaga atau tidak merusak hutan, karena hutan memberikan kehidupan bagi manusia, flora dan fauna, serta mencegah banjir dan kekeringan. ant
Tidak ada komentar:
Posting Komentar