WELCOME TO FOREST CONSERVATION

SAVE OUR FOREST
WILL
SAVE OUR WORLD

SAVE OUR FOREST
FOR
A BETTER FUTURE

Selasa, 29 September 2009

Macan Kumbang

Macan kumbang atau macan tutul jawa atau harimau hitam (panthera pardus melas) adalah salah satu sub spesies dari macan tutul yg hanya ditemukan di hutan tropis pegunungn dan kawasan konservasi di pulau jawa.
Macan kumbang berukuran besar dan mempunyai indra penglihatan dan penciuman yang tajam,mempunyai warna bulu hitam dan mempunyai bintik-bintik gelap bentuk kembangan.
Macan kumbang adalah hewan yg soliter,kecuali saat musim berbiak,macan kumbang satu-satunya kucing besar yg masih tersisa di pulau jawa,sebagian besar populasinya ditemukan di Taman Nasional Gunung Gede-Pangrango.
Dalam IUCN Red List macan kumbang termasuk kategori terancam punah dan di Cites masuk dalam Appendix I,di indonesia dilindungi menurut UU no 5 tahun 1999 dan PP No 7 tahun 1999.

Ciri-ciri kawasan konservasi

1. Keunikan ekosistemnya.
2. Sumberdaya fauna langka.
3. Keanekaragaman jenis flora.
4. Panorama atau ciri geofisik yg memiliki nilai estetika dan wisata.
5. Fungsi hidrologi

Minggu, 07 Juni 2009

pemetaan

Kartografi adalah ilmu dan teknik pembuatan peta. Dalam kaitannya dengan survei arkeologi, pembahasan mengenai kartografi pada bab ini tidak langsung dikaitkan dengan ilmu dan teknik pembuatan peta, tetapi lebih berkaitan dengan pemanfaatan peta yang sudah dipublikasikan untuk kepentingan survey. Peta dapat diklasifikasikan menurut jenis, skala, fungsi, dan macam persoalan (maksud dan tujuan). Ditinjau dari jenisnya peta dapat dibedakan menjadi dua, yaitu peta foto dan peta garis. Peta foto adalah peta yang dihasilkan dari mosaik foto udara / ortofoto yang dilengkapi garis kontur, nama, dan legenda Peta ini meliputi peta foto yang sudah direktifikasi dan peta ortofoto. Adapun peta garis adalahpeta yang menyajikan detil alam dan buatan manusia dalam bentuk titik, garis, dan luasan Peta ini terdiri atas peta topografi dan peta tematik.
Pemetaan mempunyai peranan yang sangat penting dalam perencanaan pengelolaan suatu areal karena dasar dari pengelolaan yang baik adalah menganal dan mengetahui semua potensi yang ada pada areal kelolaan guna pemanfaatannya. Dalam pemetaan guna perencanaan manajemen suatu areal, dikenal dua tahap pokok yaitu menginterpretasikan melalui foto udara dan pengecekkan di lapangan melalui pengukuran/ penyipatan datar atau penyipatan ruang. Dua tahap ini bersifat saling menunjang dan melengkapi karean bila kita hanya memetakan suatu areal melalui foto udara saja maka peta areal yang kita dapatkan nantinya adalah belum teapt benar(tidak sesuai dengan kenyataan). Ketidaktepatan tersebut disesbabkan oleh ketidakvalidan dalam menginterpretasi foto udara yang dalam pelaksanaannya banyak memasukkan unsur kemampuan subyek/interprener dalam menganalisa foto udara tersebut. (Sahid,2008)
Alat-alat yang biasa digunakan dalam pengukuran lapangan guna pemetaan adalah sebagai berikut :
• Kompas klinometer
• GPS (Global Positioning System)
• Rambu/jalon
• Waterpass/theodolite/BTM(Boussole Tranche Montagne)
• Pita ukur
• Statif dan unting-unting
• Payung(peneduh instrumen),dan lain-lain.( Sahid, 2008)
Untuk pekerjaan-pekeraan yang memerlukan ketelitian dipergunakan theodolite, sedangkan untuk pemetaan hutan cukup dipakai BTM. Yang diukur untuk kepentingan pembuatan peta adalah sudut horisontal, sudut vertikal, dan jarak. Sudut horisontal dapat berbentuk azimut bearing, sudut dalam dan sudut luar. Azimut dari suatu garis di atas bumi adalah sudut horisontal yang diukur dari bidang meridian ke bidang vertikal yang memuat garis tersebut. Azimut menentukan arah garis terhadap meridian dan biasanya diukur dalam arah utara atau arah selatan. Untuk memetakan daerah yang kecil (sempit) biasanya azimut dihitung dari arah utara. Pada pengukuran tidak selalau harus diukur azimuthnya. Bila pengukuran digunkaan alat theodolite maka azimutnya diukur pada titik permulaan untuk menentukan arah garis sebagai pengikat. Selanjutnya diukur adalah sudut dalam yaitu sudut apit dari dua arah yang bertemu pada titik sudut tersebut. (Kamsilam,1990)
Poligon adalah seri dari garis-garis yang berhubungan dengan panjang tertentu yang dihubungkan satu sama lain oleh sudut yang diketahui. Panjang garis-garis terssebut ditentukan dari pengukuran jarak horisontal atau jarak yang diperoleh ari pengukuran kelerengan yang sudah dirubah menjadi jarak horisontal. Sudut poligon dapat berupa sudut dalam maupun sudut luar. Hasil pengukuran di lapangan akan berupa garis yang panjangnya diketahui engan azimut atau bearing yang diketahui. Panjang garis yang dimaksudkan adalah panjang / jarak horisontal, sedangkan azimut atau bearing dpat berupa azimut/bearing magnetis atau azimut/bearing sesungguhnya. Poligon terbagi menjadi dua yaitu poligon terbuka dan poligon tertutup. Poligon terbuka yaitu poligon yang dimulai dari titik yang kedudukan horisontalnya diketahui dan berakhir pada titik yang tidak diketahui kedudukan horizontalnya. Yang pertama disebut poligon terikat tidak sempurna dan yang kedua disebut poligon terikat sempurna. Poligon tertutup adalah poligon yang dimulai dari titik tertentu dan kembali ke titik tersebut. Titik tersebut merupakan titik yang sudah diketahui kedudukan horisontanya maupun titik yang belum diketahui kedudukan horisontalnya. Poligon terbuka tidak dapat dicek kebenarannya sedangkan poligon tertututp dapat disek kebenarannya. Pada poligon tertutup jumlah semua sudut harus memenuhi ketentuan :
Jumlah sudut poligon = (n-20) x 180o
bila jumlah sudut yang diukur di lapangan tidak sesuai dengan rumus di atas maka harus diadakan koreksi. Pengkuran poligon dapat dilakukan dengan alat-alat sederhana misalnya kompas, pita ukur, dan untuk lahan miring digunakan pengukur sudut. Untuk pekerjaan yang memerlukan ketelitian tinggi perlu dipakai theodolite , waterpass, atau BTM. Setelah pengukuran di lapangan selesai , hasil pengukuran kemudian diolah dan diadakan perhitungan-perhitungan sehingga hasilnya dapat digambarkan dalam bentuk peta. Koreksi didakan dengan menggambar poligon utama dengan skala dua kali skala yang akan digunakan untuk penggambaran peta dengan maksud agar apabila ada kesalahan segera dapat diketahui.( Kamsilam,1990)
Secara umum interpolasi dapat didefinisikan sebagai penetuan nilai suatu besaran berdasarkan besaran lain yang sudah diketahu nilainya, dimana letak dari besaran yang akan ditentukan tersebut di antara besaran yang akan ditentukan tersebut i antara besaran yang seudah diketahui (Waindo, 2007 dalam Anonim 2008)). Dalam interpolasi , hubungan antara titik-titik acuan tersebut didekati dengan menggunakan fungsi yang disebut fungsi interpolasi. Dengan demikian dalam interpolasi akan melibatkan dua tahap pokok yaitu : 1. penentuan fungsi interpolasi berdasar data acuan , 2. menentukan nilai dari besaran antara. Dalam kehidupan sehari-hari teknik interpolasi banyak dipergunakan. Sebagai contoh, bila membaca kecepatan kendaraan dari speedometer yang menunjukkan angka di antara dua strip, maka secara otomatis akan memperkirakan harga tersebut berdasarkan dua strip di dekatnya. Sensus data yang hanya ada sekitar 10 tahun sekali dan menginginkan data kependudukan pada tahun antaranya maka pendekatan interpolasi secara otomatis akan dilakukan.(Anonim,2008)


Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis. Dalam pembahasan selanjutnya, SIG akan selalu diasosiasikan dengan sistem yang berbasis komputer, walaupun pada dasarnya SIG dapat dikerjakan secara manual, SIG yang berbasis komputer akan sangat membantu ketika data geografis merupakan data yang besar (dalam jumlah dan ukuran) dan terdiri dari banyak tema yang saling berkaitan . SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti; lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi lainnya. Telah dijelaskan diawal bahwa SIG adalah suatu kesatuan sistem yang terdiri dari berbagai komponen, tidak hanya perangkat keras komputer beserta dengan perangkat lunaknya saja akan tetapi harus tersedia data geografis yang benar dan sumberdaya manusia untuk melaksanakan perannya dalam memformulasikan dan menganalisa persoalan yang menentukan keberhasilan SIG. Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribute).(www.google.com \materi pemetaan.htm)

Sistem Informasi Geografis

Perencanan dan pengelolaan sumberdaya hutan yang baik mutlak diperlukan untuk menjaga kelestariannya. Untuk itu diperlukan informasi yang memadai yang bisa dipakai oleh pengambil keputusan, termasuk diantaranya informasi spasial. Sistem Informasi Geografis (SIG), Penginderaan Jauh (PJ) dan Global Positioning Sistem (GPS) merupakan tiga teknolgi spasial yang berguna.Semakn rumitnya proses pengambilan keputusan dalam berbagai aspek pengelolaan hutan membuat kebutuhan akan informasi semakin esensial. Informasi bisa dilihat sebagai input asar dari perumusan kebijakan, perencanaan, pelaksanaan, serta pengawasan dan evaluasi. Tidak adanya dan tidak layaknya informasi bisa berakibat fatal pada proyek dan program kehutanan.Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System/GIS) yang selanjutnya akan disebut SIG merupakan sistem informasi berbasis komputer yang digunakan untuk mengolah dan menyimpan data atau informasi geografis. SIG akan selalu diasosiasikan dengan sistem yang berbasis komputer, walaupun pada dasarnya SIG dapat dikerjakan secara manual, SIG yang berbasis komputer akan sangat membantu ketika data geografis merupakan data yang besar (dalam jumlah dan ukuran) dan terdiri dari banyak tema yang saling berkaitan .

SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Data yang akan diolah pada SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis dan merupakan lokasi yang memiliki sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Sehingga aplikasi SIG dapat menjawab beberapa pertanyaan seperti; lokasi, kondisi, trend, pola dan pemodelan. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi lainnya. SIG adalah suatu kesatuan sistem yang terdiri dari berbagai komponen, tidak hanya perangkat keras komputer beserta dengan perangkat lunaknya saja akan tetapi harus tersedia data geografis yang benar dan sumberdaya manusia untuk melaksanakan perannya dalam memformulasikan dan menganalisa persoalan yang menentukan keberhasilan SIG. Sebagian besar data yang akan ditangani dalam SIG merupakan data spasial yaitu sebuah data yang berorientasi geografis, memiliki sistem koordinat tertentu sebagai dasar referensinya dan mempunyai dua bagian penting yang membuatnya berbeda dari data lain, yaitu informasi lokasi (spasial) dan informasi deskriptif (attribute).(www.google.com \materi pemetaan.htm).

Peta merupakan penyajian secara grafis dari kumpulan data yang mentah maupun yang telah dianalisis atau informasi sesuai dengan lokasinya. Dengan kata lain, peta adalah bentuk sajian informasi spasial mengenai permukaan bumi untuk dapat dipergunakan dalam pembuatan keputusan. Supaya bermanfaat suatu peta harus dapat menampilkan informasi secara jelas, mengandung ketelitian yang tinggi walaupun tidak dihindari harus bersifat selektif dengan mengalami pengolahan biasanya terlebih dahulu ditambah dengan ilmu pengetahuan agar lebih dapat dimanfaatkan langsung oleh pengguna.

Selasa, 05 Mei 2009

Keanekaragaman Jenis dan Penyebaran Kura-kura dan Penyu

Seluruhnya, diperkirakan terdapat sekitar 260 spesies kura-kura dari 12-14 suku (familia) yang masih hidup di pelbagai bagian dunia. Di Indonesia sendiri terdapat sekitar 45 jenis dari sekitar 7 suku kura-kura dan penyu.

  1. Anak bangsa Pleurodira
  • Chelidae, kura-kura leher ular

Suku ini dinamai demikian karena kebanyakan anggotanya memiliki leher yang panjang. Karena tak dapat ditarik masuk, kepala kura-kura ini hanya dilipat menyamping di sisi tubuhnya di bawah lindungan pinggiran tempurung badannya.

Suku kura-kura leher ular menyebar terutama di Papua dan Australia serta pulau-pulau di sekitarnya, dan di Amerika Selatan. Di luar tempat-tempat tersebut ditemukan pula di Pulau Rote, Nusa Tenggara. Habitat kura-kura ini adalah perairan tawar. Beberapa jenisnya yang ada di Indonesia, di antaranya:
Kura-kura rote (Chelodina mccordi)
Kura-kura papua (Chelodina novaeguineae)
Kura-kura perut putih (Elseya branderhosti)

  • Pelomedusidae

Seperti kerabat terdekatnya, Chelidae, anggota suku ini merupakan kura-kura air tawar. Kura-kura ini hidup di Amerika Selatan, Afrika dan Madagaskar dan tidak didapati di Indonesia.

2. Anak bangsa Cryptodira

  • Cheloniidae, penyu

Penyu hidup sepenuhnya akuatik di lautan. Kecuali yang betina ketika bertelur, penyu boleh dikatakan tidak pernah lagi menginjak daratan setelah dia mengenal laut semenjak menetas dahulu. Kepala, kaki dan ekor penyu tak dapat ditarik masuk ke tempurungnya. Kaki-kaki penyu yang berbentuk dayung, dan lubang hidungnya yang berada di sisi atas moncongnya, merupakan bentuk adaptasi yang sempurna untuk kehidupan laut.

Penyu tersebar luas di samudera-samudera di seluruh dunia. Dari tujuh spesies anggota suku ini, enam di antaranya ditemukan di Indonesia. Beberapa contohnya adalah:
Penyu hijau (Chelonia mydas)
Penyu sisik (Eretmochelys imbricata)

  • Dermochelyidae, penyu belimbing

Suku penyu ini hanya memiliki satu anggota saja, yakni penyu belimbing (Dermochelys coriacea). Hidup di lautan-lautan besar hingga ke daerah dingin, penyu ini merupakan kura-kura terbesar yang masih hidup. Panjang tubuhnya (panjang karapas) dapat mencapai 3 m, meski umumnya hanya sekitar 1.5 m atau kurang, dan beratnya mendekati 1 ton.

  • Chelydridae

Suku ini terdiri dari kura-kura air tawar berekor panjang dan berkepala besar, yang menyebar di Amerika. Dengan perkecualian satu marga anggotanya (Platysternon) yang menyebar di Tiongkok dan Indochina. Beberapa ahli memasukkan Platysternon ke dalam suku tersendiri, Platysternidae. Tidak ada di Indonesia.

  • Kinosternidae

Yakni suku kura-kura air tawar kecil dari Amerika bagian tengah. Hewan yang mampu mengeluarkan bau tak enak ini tidak terdapat di Indonesia.

  • Dermatemyidae

Juga menyebar terbatas di Amerika Tengah. Dermatemys berukuran relatif besar dan hidup di sungai-sungai.

  • Carettochelyidae, labi-labi moncong babi

Suku ini hanya memiliki satu anggota yang hidup, yakni labi-labi moncong babi (Carettochelys insculpta). Lainnya telah punah dan hanya ditemukan dalam bentuk fosil. Labi-labi ini menyebar terbatas di Papua bagian selatan dan di Australia bagian utara.

  • Trionychidae, labi-labi

Menyebar luas di Amerika utara, (Eropa ?), Afrika dan Asia, ini adalah suku labi-labi yang paling banyak jenisnya. Di Australia, suku ini hanya tinggal berupa fosil. Beberapa contohnya dari Indonesia adalah:
Bulus (Amyda cartilaginea)
Manlai alias labi-labi bintang (Chitra chitra)
Labi-labi hutan (Dogania subplana)
Labi-labi irian (Pelochelys bibroni)
Antipa, labi-labi raksasa (Pelochelys cantori)

  • Emydidae

Ini adalah suku kura-kura akuatik dan semi akuatik yang hidup di air tawar di Eropa, Asia dan terutama di Amerika. Emydidae merupakan salah satu suku kura-kura terbesar dari segi jumlah anggotanya. Tidak ada spesiesnya di Indonesia kecuali dalam bentuk hewan introduksi sebagai hewan peliharaan. Salah satu contohnya yang banyak dipelihara di Indonesia adalah kura-kura telinga merah (Trachemys scripta)

  • Geoemydidae

Merupakan suku kura-kura yang terbanyak anggotanya, Geoemydidae (dahulu disebut Bataguridae) terutama menyebar di Asia Tenggara. Di luar itu, anggota suku ini juga ditemukan di Afrika bagian utara, Erasia dan Amerika tropis. Ini adalah suku kura-kura air tawar yang terutama hidup di sungai-sungai, meskipun sering pula ditemui di daratan. Di Indonesia terdapat sekitar 11 jenisnya. Di antaranya:
Biuku (Batagur baska)
Beluku atau tuntong (Callagur borneoensis)
Kuya batok (Cuora amboinensis)

  • Testudinidae, kura-kura darat sejati

Adalah suku kura-kura darat dengan banyak anggota yang tersebar luas di seluruh dunia. Kura-kura raksasa dari Kepulauan Galapagos dan kura-kura darat berumur panjang dari Kep. Seychelles di atas termasuk ke dalam suku ini. Dua anggotanya terdapat di Indonesia:
Baning sulawesi (Indotestudo forsteni)
Baning coklat (Manouria emys)

3. Anak bangsa Paracryptodira

punah

Sumber :

www.wikipedia.co.id

43 Things Tags: Satwa liar, Kura-kura, Penyu

Evolusi Kura-kura dan Penyu

Bagaimana batok kura-kura itu terbentuk dan berkembang dalam proses evolusinya, belum diperoleh keterangan yang jelas. Fosil kura-kura tertua kedua yang berasal dari Masa Trias (sekitar 210 juta tahun silam), Proganochelys, telah berbentuk mirip dengan kura-kura masa kini. Perbedaannya, tulang belulang di bagian punggung belum begitu melebar dan belum semuanya menyatu membentuk tempurung yang sempurna. Kura-kura purba hidup dan berkembang kurang lebih sejaman dengan dinosaurus. Archelon, misalnya, merupakan kura-kura raksasa yang diameter tubuhnya dapat mencapai lebih dari 4 m. Fosil kura-kura tertua yang ditemukan saat ini adalah Odontochelys yang ebrasal dari sekitar 220 juta tahun silam.

Banyak jenis kura-kura yang hidup sekarang mampu menyembunyikan kepala, kaki dan ekornya ke dalam tempurungnya, sehingga dapat menyelamatkan diri. Namun beberapa kura-kura primitif, seperti contohnya penyu, tak dapat menarik masuk anggota badannya itu.

Kura-kura hidup di berbagai tempat, mulai daerah gurun, padang rumput, hutan, rawa, sungai dan laut. Sebagian jenisnya hidup sepenuhnya akuatik, baik di air tawar maupun di lautan. Kura-kura ada yang bersifat pemakan tumbuhan (herbivora), pemakan daging (karnivora) atau campuran (omnivora).

Kura-kura tidak memiliki gigi. Akan tetapi perkerasan tulang di moncong kura-kura sanggup memotong apa saja yang menjadi makanannya.

Ukuran tubuh kura-kura bermacam-macam, ada yang kecil ada yang besar. Biasanya ditunjukkan dengan panjang karapasnya (CL, carapace length). Kura-kura terbesar adalah penyu belimbing, yang karapasnya dapat mencapai panjang 300 cm. Labi-labi terbesar adalah labi-labi irian, dengan panjang karapas sekitar 51 inci. Sementara kura-kura raksasa dari Kep. Galapagos dan Kep. Seychelles panjangnya dapat melebihi 50 inci. Sedangkan yang terkecil adalah kura-kura mini dari Afrika Selatan, yang panjang karapasnya tidak melebihi 8 cm.

Kura-kura berbiak dengan bertelur (ovipar). Sejumlah beberapa butir (pada kura-kura darat) hingga lebih dari seratus butir telur (pada beberapa jenis penyu) diletakkan setiap kali bertelur, biasanya pada lubang pasir di tepi sungai atau laut, untuk kemudian ditimbun dan dibiarkan menetas dengan bantuan panas matahari. Telur penyu menetas kurang lebih setelah dua bulan (50-70 hari) tersimpan di pasir.

Jenis kelamin anak kura-kura yang bakal lahir salah satunya ditentukan oleh suhu pasir tempat telur-telur itu tersimpan. Pada kebanyakan jenis kura-kura, suhu di atas rata-rata kebiasaan akan menghasilkan hewan betina. Dan sebaliknya, suhu di bawah rata-rata cenderung menghasilkan banyak hewan jantan.

Kura-kura termasuk salah satu jenis hewan yang berumur panjang. Reptil ini dapat hidup puluhan tahun, bahkan seekor kura-kura darat dari Kep. Seychelles tercatat hidup selama 152 tahun (1766 – 1918).

Sumber :

www.wikipedia.co.id

43 Things Tags: Satwa liar, Kura-kura, Penyu

KURA - KURA DAN PENYU

Kura-kura dan penyu adalah hewan bersisik berkaki empat yang termasuk golongan reptil. Bangsa hewan yang disebut (ordo) Testudinata (atau Chelonians) ini khas dan mudah dikenali dengan adanya 'rumah' atau batok (bony shell) yang keras dan kaku.

Batok kura-kura ini terdiri dari dua bagian. Bagian atas yang menutupi punggung disebut karapas (carapace) dan bagian bawah (ventral, perut) disebut plastron. Kemudian setiap bagiannya ini terdiri dari dua lapis. Lapis luar umumnya berupa sisik-sisik besar dan keras, dan tersusun seperti genting; sementara lapis bagian dalam berupa lempeng-lempeng tulang yang tersusun rapat seperti tempurung. Perkecualian terdapat pada kelompok labi-labi (Trionychoidea) dan jenis penyu belimbing, yang lapis luarnya tiada bersisik dan digantikan lapisan kulit di bagian luar tempurung tulangnya.

Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal tiga kelompok hewan yang termasuk bangsa ini, yalah penyu (bahasa Inggris: sea turtles), labi-labi atau bulus (freshwater turtles), dan kura-kura (tortoises). Dalam bahasa Inggris, dibedakan lagi antara kura-kura darat (land tortoises) dan kura-kura air tawar (freshwater tortoises atau terrapins).

sumber :

www.wikipedia.co.id

43 Things Tags: Satwa liar, Kura-kura, Penyu

Minggu, 03 Mei 2009

KEPUNAHAN PADA HARIMAU SUMATERA (Panthera tigris sumatrae)

  • Indonesia memiliki tiga sub spesies harimau (Panthera tigris) dari delapan subspesies yang ada di dunia.
  • Tiga sub spesies harimau dunia telah dikategorikan punah di alam dan dua subspesies di antaranya terdapat di Indonesia yaitu harimau Bali (P.t. balica) punah tahun 1930-an dan harimau Jawa (P.t. sondaica) punah tahun 1980-an (Ramono & Santiapillai 1994; Seidensticker et al. 1999).
  • Harimau sumatera (P.t. sumatrae) merupakan satu-satunya sub spesies harimau yang masih bertahan hidup di Indonesia.
  • Hasil suatu penilaian pada tahun 1992 melaporkan bahwa penyebaran populasi harimau sumatera hanya terdapat pada 26 kawasan konservasi dan kawasan hutan lainnya yang terpisah secara geografis yang mana jumlah populasi di alam diperkirakan tinggal 400-500 ekor (Ministry of Forestry 1994).
  • Akan tetapi saat ini, angka populasi tersebut dipastikan semakin berkurang
  • IUCN (2006) telah mengategorikan harimau sumatera dalam status "critically endangered" atau satwa langka yang kritis yaitu kategori tertinggi dari
    ancaman kepunahan.
  • Di Indonesia, pemerintah telah melindungi harimau
    sumatera yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1999
    tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa.

    Penyebab Kepunahan

  • hilangnya habitat harimau Sumatera akibat konversi hutan
  • perburuan harimau sumatera
  • Berkurangnya spesies mangsa
  • angka kelahiran rendah,
  • Angka kematian bayi cukup tinggi,
  • Tingkat ancaman tinggi

    Upaya pelestarian yang efektif memerlukan informasi yang akurat diantaranya, yaitu :

  • ukuran populasi pada suatu wilayah,
  • distribusi geografi jenis
  • konektivitas antar kawasan,
  • aspek ekologi dan biologi spesies.

    Informasi tersebut diperlukan untuk mengetahui habitat yang sesuai, ukuran populasi dan ancaman untuk menyusun suatu strategi pelestarian jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang pada suatu kawasan.

    Solusi

  • meminimalisasi kerusakan habitat, dengan cara/ mengurangi konversi lahan
  • adanya kontrol terhadap perburuan liar dan perdagangan illegal serta mempertegas hukum tentang pelarangan perburuan liar dan perdagangan illegal terhadap harimau dan mangsanya
  • perluasan habitat, dengan membangun koridor satwa
  • Monitoring terhadap perkembangan populasi yang masih bertahan


     

    Sumber :

    Kuliah riset


     


     


 

Peranan Manusia dalam Perlindungan Hutan

Peranan manusia dalam perlindungan hutan :

  • Manusia sebagai penyebab kerusakan hutan.
  1. Pembalakan liar

    Penurunan signifikan hasil tegakan dari tahun ke tahun akibat ilegal logging

  2. Kebakaran hutan

    Manusia sebagai penyebab/pendukung tersedianya komponen kebakaran hutan

  3. Penggembalaan di dalam hutan

    - Menimbulkan kerusakan pada tanaman (kelas umur muda)

    - Mengikis hara tempat tumbuh

    - Merusak salah satu/lebih komponen ekosistem

  4. Ketidaksiapan menghadapi hama dan penyakit

    - Terjadi ledakan hama

    - Terjadi epidemi penyakit


 

  • Manusia sebagai pelaku kegiatan perlindungan hutan.
  1. . Pengambil kebijakan sektor kehutanan
  • Kebijakan dalam hama dan penyakit
  • Kebijakan dalam pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan, penggembalaan di dalam hutan, serta pembalakan liar


 

  1. . Peneliti ahli (expert researcher)

    Kontinuitas penelitian, mengingat umur tegakan hutan yang panjang


     

  2. Tenaga profesional di lapangan

    Penerapan kebijakan dan hasil penelitian untuk diaplikasikan langsung pada tanaman kehutanan


     


     

Jumat, 01 Mei 2009

DATA TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU

Taman nasional adalah suatu kawasan alam yag mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi, yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.

Visi :

Terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistem Taman Nasional Gunung Merbabu yang dapat memberikan manfaat optimal bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan aspek ekologi, ekonomi, social dan budaya masyarakat.

Misi :

  1. Menetapkan penataan zonasi dengan memperhatikan aspek ekologi, ekonomi, social dan budaya masyrakat sekitar kawasan.
  2. Mengoptimalkaan fungsi dan potensi SDA hayati dan ekosistem yang dapat memberikan manfaat ekonomi, social dan budaya secara lestari dan seimbang.
  3. Meningkatkan perlindungan dan keamanan serta pengendalian kebakaran kawasan untuk menjamin kelestarian SDA hayati dan ekosistemnya.
  4. Meningkatkan promosi dan informasi dalam menunjang pemanfaatan kawasan dan jenis TSL.
  5. Meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam.
  6. Meningkatkan koordinasi, kerjasama dan kemitraan dengan berbagai pihak terkait dalam menunjang pengelolaan yang efektif dan efisien.
  7. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan.
  8. Meningkatkan sarana dan prasarana pengelolaan serta jumlah dan kualitas SDM.

Tugas Pokok :

Melakukan penyelenggaraan konservasi SDA H&E dan pengelolaan kawasan taman nasional berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.

Fungsi :

  1. Penataan zonasi, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan kawasan taman nasional.
  2. Pengelolaan taman nasional.
  3. Penyidikan, perlindungan, dan pengamanan kawasan taman nasional.
  4. Pengendalian kebakaran hutan.
  5. Promosi , informasi, dan publikasi KSDA H&E.
  6. Pengembangan bina cinta alam dan penyuluhan KSDA H&E.
  7. Kerjasama pengembangan KSDA H&E.
  8. Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan.
  9. Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan alam.
  10. Tata usaha dan rumah tangga.

Luas Taman Nasional Gunung Merbabu 6011,7 ha menurut Surat Keputusan Menteri Kehutanan No : 135/Menhut/II/2004 tanggal 4 mei 2004 tentang perubaahan fungsi kawasan hutan lindung dan taman wisata alam pada kelompok hutan Gunung Merbabu seluas +/- 5725 ha yang terletak di kabupaten magelang, Semarang dan Boyolali Provinsi Jawa Tengah.

Balai Taman Nasional Gunung Merbabu dibagi menjadi 2 seksi Pengelolaan Taman Nasional (STPN) :

  • STPN Wilayah I Kopeng ( Kab. Semarang dan Kab. Boyolali )
  • STPN Wilayah II Krogowanan ( Kab. Magelang )

Ekosistem dan Flora

Tipe Ekosistem/Habitat :

  • Tipe hutan pegunungan bawah (1000-1500 mdpl)
  • Tipe hutan pegunungan atas ( 1500 – 2400 mdpl )
  • Tipe hutan pegunungan sub alpin ( 2400 – 3142 mdpl)

Flora

  • Acacia decuren, pinus, bintami, puspa.

Fauna :

  • Macan Tutul, musang, kijang, monyet ekor panjang, lutung abu/rekrekan, bajing, dan kucing hitam.

Aves :

  • Elang hitam, kacamata gunung, anis gunung, bentet kelabu, caladi ulam, srigunting kelabu, sepah gunung, cekakak jawa, tekukur biasa, kipasan ekor merah.

Wisata Alam :

  • TWA tuk songo.
  • Ketep pass
  • Wisata budaya kuda lumping, jathilan, dll.
  • Tracking Gunung Merbabu ( Ds Tekelan, Ds Cuntel, Ds wekas, Ds selo, Ds Sandisari ).
  • Camping ground.

Hidrologi :

Taman Nasional Gunung Merbabu merupakan daerah penyangga kehidupan yang penting bagi kawasan di bawahnya dan merupakan daerah tangkapan air. Terdapat beberapa sumber air di kawasan Gunung Merbabu yaitu

  1. DAS Serayu,opak, progo ( mata air kelantang, mata air kawah banyu kuning, air terjun teyeng ).
  2. DAS Permali jratun.

Permasalahan yang ditemui di Taman Nasional Gunung Merbabu :

  1. Adanya pencurian SDA (kayu, pasir, pakis dan tanaman hias )
  2. Adanya bencana alam (kebakaran hutan, tanah longsor)
  3. Adanya perambahan untuk budidaya pertanian.
  4. Tanda batas dan zonasi yang belum selesai
  5. Ketergantungan masyarakat yang tinggi.
  6. Sumber air yang semakin berkurang.
  7. Masih ada perburuan satwa.
  8. Pendakian yang tak terorganisir.
  9. Penutupan lahan dan vegetasi yang rendah.
  10. Minimnya sarana dan prasarana.
  11. Minimnya pengetahuan masyarakat terhadap taman national.
  12. Adanya enclave dan fragmentasi.
  13. Masih adanya kegiatan pengambilan getah di taman nasional.

Kegiatan :

  • Inventarisasi aves
  • Pembuatan jalur patroli
  • Penanaman jalur hijau
  • Pembentukan dan training MPA.
  • Sentra penyuluhan kehutanan pedesaan.
  • Pembuatan leaflet TN.
  • Operasi pengamanan kawasan.
  • Pembinaan dan pengawasan pendakian
  • Survey habitat satwa
  • Pembuatan banner dan leaflet
  • Sosialisasi taman nasional.


 


 

SUMBER : handout NN


 


 

Rabu, 29 April 2009

SEARCH AND RESCUE (SAR)

Unsur – unsur SAR :

  • Locate : kemampuan menentukan lokasi survivor.
  • Reach : kemampuan untuk mencapai survivor, untuk itu diperlukan kemampuan mendaki gunung, rock climbing, peta dan kompas, dll.
  • Stabilize : kemampuan untuk menentramkan survivor.
  • Evacuate : ketrampilan membawa survivor.

Tahapan – tahapan SAR :

  1. Awerness stage (tahap keragu-raguan ) :sadar akan keadaan darurat telah terjadi.
  2. Initial action ( tahapan kesiapan ) : melaksanakan segala sesuatunya sebagai tanggapan terhadap suatu kecelakaan.
  3. Planning stage ( tahapan perencanaan ) : pembuatan rencana yang efektif.
  4. Operation stage(tahapan operasi ) : seluruh unit bekerja hingga operasi sar selesai.
  5. Report stage (tahapan laporan ) : membuat laporan tentang misi SAR.

BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI

  • BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI


     

  • KOMUNIKASI ANTAR PERSONA
  • KOMUNIKASI KELOMPOK
  • KOMUNIKASI TRANSENDENTAL
  • KOMUNIKASI INTRA PERSONA
  • KOMUNIKASI MASSA


     


     

  • KOMUNIKASI ANTAR PERSONA ADLAH KOMUNIKASI ANTARA INDIVIDU YG SATU DG INDIVIDU YG LAIN DG CIRI :


     

  • INTERAKSI YG MENGGUNAKAN LAMBANG-LAMBANG
  • TERDAPAT USAHA UTK MEMELIHARA HUBUNGAN YG BERSIFAT KOMUNIKATIF DG ORANG LAIN
  • HASIL BERSIFAT RESIPROSAL (SALING MENUNTUT JAWABAN) YG DAPAT BERUPA :
    • UTILITARIAN : TTG KEGUNAAN & MANFAAT DR PEMBICARAAN YBS
    • AESTHETIC : KESENANGAN, KEGEMBIRAAN, ATAU HIBURAN YG DPT DIAMBIL DARI PEMBICARAAN
    • THERAPEUTIC :
      MEMBERIKAN HASIL YG BERSIFAT MENGATASI KESULITAN, MEMPERBAIKI ATAU MENGAKRABKAN KEMBALI HUBUNGAN KOMUNIKATIF


     

  • KOMUNIKASI KELOMPOK ADL KOMUNIKASI DG MENGHADAPI SEKELOMPOK ORANG DLM BENTUK KULIAH, RAPAT, BRIEFING, PENATARAN, SEMINAR, DLL

        

        TITIK BERAT KOMUNIKASI DITUJUKAN UTK PENGISIAN ATAU PENAMBAHAN PENGETAHUAN YG DAPAT MENGAKTIFKAN RASIO, PIKIRAN DAN INTELEKTUALITAS MANUSIA

  • KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (DI LUAR TANGGAPAN PANCA INDERA MANUSIA, YAITU KOMUNIKASI ANTARA MANUSIA DENGAN TUHAN/ YG GAIB (SEMBAHYANG, SHALAT, SEMEDI, TAFAKKUR, DLL)


     


     

  • KOMUNIKASI INTRA PERSONA, YAITU KOMUNIKASI DENGAN DIRI SENDIRI ( INTROSPEKSI / EVALUASI DIRI, DLL )


     


     

  • KOMUNIKASI MASSA ADALAH KOMUNIKASI YG DITUJUKAN KE SEJUMLAH BESAR ORANG (MASSA) YG BISA BERSIFAT ABSTRAK ATAUPUN RIIL, YG PADA PRINSIPNYA MEMPUNYAI PERHATIAN / MINAT YANG SAMA


     


     

  • IDENTITAS MASSA
  • AUDIENCE YG BERADA DI BAG BELAKANG SUDAH TDK DAPAT MENDENGAR SUARA NORMAL KOMUNIKATOR
  • KOMUNIKATOR TDK DAPAT MENATAP WAJAH AUDIENCE YG BERADA DI BARISAN PALING BELAKANG


     

  • SIFAT MASSA


     

  • HETEROGEN
  • ANONIM BAGI KOMUNIKATOR
  • EMOSIONAL
  • IRRASIONAL
  • INSIDENSIAL


     


     


 

Selasa, 28 April 2009

Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem informasi yang digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan keluaran informasi yang berkaitan dengan objek di permukaan bumi yang bereferensi geografis beserta atribut-atributnya. SIG mempunyai peran yang signifikan dalam proses pengambilan keputusan dan penyebaran informasi karena di dalam SIG, data dan informasi yang merepresentasikan fenomena nyata dapat disimpan, diproses, dan disajikan dengan bentuk yang lebih sederhana dan sesuai dengan kebutuhan. Dengan SIG, proses manipulasi dan presentasi data dengan merelasikannya dengan posisinya secara geografis di permukaan bumi akan meningkatkan pemahaman akan fenomena nyata. Pada praktikum ini akan dipraktekkan aplikasi SIG dalam perencanaan tataguna lahan.

Secara umum terdapat dua jenis data yang digunakan SIG dalam memodelkan fenomena nyata, yaitu:
1. data grafis/ spasial: data yang mewakili aspek keruangan, posisi, koordinat. Berdasar struktur datanya, data spasial yang biasa digunakan dalam SIG dapat dipilahkan menjadi:
a. raster; menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur mastriks atau piksel yang membentuk grid sehingga struktur datanya sederhana. Dengan demikian, mudah juga dimanipulasi dengan menggunakan fungsi-fungsi matematika sederhana sehingga teknologi yang digunakan pun tidak kompleks. Setiap piksel memiliki atribut tersendiri. Akurasi model data ini tergantung pada resolusi atau ukuran pikselnya. Overlay dan kombinasinya dengan ada penginderaan jauh mudah dilakukan. Namun demikian, untuk penyimpanannya diperlukan ruang yang besar; banyak redudancy data. Untuk menghemat ruang penyimpanan, dapat digunakan ukuran grid yang lebih besar, namun akan menghilangkan informasi detil dan ketelitian (Prahasta, 2005).
b. vektor; menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis, atau poligon beserta atributnya. Posisi objek dicatat pada sistem koordinat (Nuarsa, 2005). Satu layer dapat dikaitkan dengan banyak atribut sehingga hanya memerlukan sedikit ruang penyimpanan. Namun demikian, struktur datanya rumit/ kompleks sehingga tidak mudah untuk dimanipulasi (Prahasta, 2005).
SIG mampu mengelola dan mengolah data spasial dan atribut secara terintegrasi sehingga mempunyai kemampuan analisis spasial dan non-spasial. Pembuatan peta dan analisisnya bukanlah hal baru, namun SIG dapat mengerjakan ini dengan lebih cepat dan lebih mutakhir dibanding dengan metode manual. Pada awalnya data geografi hanya disajikan dengan peta beserta simbol-simbolnya (titik, garis, poligon dengan warna/ tanda lain yang berbeda). Data-data geografis ini dapat ditumpangsusunkan apabila memiliki sistem koordinat yang sama. SIG tidak hanya dapat merepresentasikan dunia nyata pada layar monitor komputer sebagaimana lembaran peta, namun SIG juga menyimpan semua data/ informasi deskriptif sebagai atribut dalam basisdatanya. SIG menyimpan data ini dalam bentuk tabel-tabel relasional dan meghubungkannya sengan lokasi yang berkaitan dengan atribut tersebut dalam satuan yang disebut ‘layer’. Layer-layer ini akan membentuk basisdata SIG, sehingga perancangan basisdata SIG merupakan hal yang akan menentukan efektifitas dan efesiensi proses input – proses – output dalam SIG. Dengan demikian, pengembangan basisdata merupakan komponen terpenting dalam SIG karena paling banyak memerlukan waktu dan biaya.
SIG tidak semata-mata perangkat pembuat peta, namun SIG mempunyai berbagai fungsi analisis yang antara lain dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Prahasta, 2005):
Klasifikasi dan reklasifikasi;
Jaringan (network);
Tumpang susun (overlay);
Buffering;
Tiga dimensi; dan
Pengolahan citra digital.

Keunggulan SIG yang lain adalah dapat digunakan untuk mengintegrasikan data-data yang ada, misalnya dengan tumpang susun dengan memadukan layer yang berbeda dan secara matematis dengan operasi-operasi tertentu pada atribut-atribut data yang ada. Integrasi dan menampilkannya secara visual dengan waktu yang singkat merupakan kemampuan SIG yang tidak dimiliki perangkat lain yang berguna bagi para pengambil keputusan. Dengan SIG, pengguna juga dapat menyatakan relasi, pola, dan tren.

Senin, 27 April 2009

Kategori-kategori Focal species

  • Spesies-species yang mempunyai peran fungsional dalam sistem ekologis sehingga keberadaannya dan trend statusnya berpengaruh pada kondisi sistem ekologi tempat ia berada.

Penyempurnaan konsep spesies payung, dengan pendekatan multispecies yang ditetapkan dengan prosedur yang sistematis dalam pemilihan spesies-spesies payung


 

  1. Species indikator:

    suatu makhluk hidup yang dapat digunakan sebagai penciri untuk mengukur kondisi spesies lain atau lingkungan tertentu yang diinginkan.

  • Indikator deteksi dini adanya tekanan terhadap sebuah sistem ekologi.

(2) Species Payung: suatu species yang membutuhkan habitat yang sangat luas, sehingga perlindungan thd species tsb, akan melestarikan juga species lain yang berada di habitat yang sama namun kebutuhan habitatnya lebih sempit

(3) Species kunci: suatu species yang mempunyai pengaruh yang signifikan thd satu atau lebih proses ekologis kunci.

  • Tropic-link species: suatu species yang menguasai suatu posisi kunci dalam jaring-jaring makanan dan perpindahan materi dan energi antar tingkatan trophic.
  • Perekayasa ekologi: suatu species yang secara langsung atau tidak langsung mengontrol ketersediaan sumberdaya untuk makhluk lain dengan mempengaruhi kondisi fisik dari bahan-bahan biotis maupun abiotis.
  • Species Bendera: suatu species yang digunakan sebagai maskot program konservasi, karena mampu menggugah ketertarikan atau simpati masyarakat..


 

Daftar Pustaka :

Kuliah Pengelolaan Kawasan Konservasi Mas Hero

CAGAR ALAM GUNUNG GAMPING

Salah satu bentuk kawasan suaka alam adalah cagar alam. Cagar alam adalah Kawasan Suaka Alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami (Taufik, 2008). Fungsi dari Cagar alam antara lain yaitu berfungsi untuk penelitian, perlindungan keanekragaman hayati, pendidikan (pendidikan lingkungan), perlindungan ekosistem, dan pemanfaatan yang lestari (IUCN,1994).

Cagar alam gunung gamping adalah salah satu bentuk kawasan suaka alam berbentuk cagar alam yang berfungsi untuk melindungi situs gunung gamping, dimana selain mengandung nilai historis yang tinggi, juga batu gmping tersebut menurut penelitian Prof. Gerth batuan gamping tersebut berasal dari zaman Jaman Eosen (38 - 54 juta tahun lalu). Nilai penting ditetapkannya kawasan ini sebagai cagar alam adalah untuk melindungi fenomena geologi. Ahli geologi Verbeek dan Fennema 1896 menyatakan bahwa di daratan Pulau Jawa hanya terdapat 1/2% singkapan batuan berumur Eosen (38 - 54 Juta tahun). Salah satu singkapan batuan tersebut antara lain terdapat di Yogyakarta, dimana sisa-sisanya saat ini berupa endapan batu gamping.

Kawasan cagar alam ini terletak di di Desa Ambar Ketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Resort Kaliurang, dan terletak dekat dengan situs sejarah Ambarketawang, yang merupakan cikal-bakal keraton Yogyakarta. Cagar alam Gunung Gamping ini merupakan situs yang tidak terpisahkan dengan situs Ambar ketawang, karena dahulu digunakan sebagai sumber daya alam bagi pembangunan Keraton Yogyakarta waktu pertama kali.

Hutan Kota Dan Kebisingan

Hutan kota adalah pohon, taman, jalur-jalur hijau dan hutan yang ditanam di lingkungan kota dan sekitarnya yang berguna dan berpotensi sebagai pengelola lingkungan dalam hal ameliorasi, iklim, rekreasi, estetika, fisiologi, psikologi, social, pengelolaan pencemaran, dan kesejahteraan ekonomi masyarakat di perkotaan. (Dahlan, 1991).

Menurut Society of America Forester (SAF) Hutan kota adalah sebidang tanah yang luas minimalnya 0,4 Ha untuk vegetasi pepohonan dengan jarak minimal 10 m dalam komunitas di dalamnya terdiri dari flora dan fauna serta unsure abiotik lainnya dan lokasinya terjangkau pemukiman penduduk kota.

Hutan Kota adalah pepohonan yang berdiri sendiri atau berkelompok atau vegetasi berkayu di kawasan perkotaan yang pada dasarnya memberikan dua manfaat pokok bagi masyarakat dan lingkungannya, yaitu manfaat konservasi dan manfaat estetika.

Sementara dalam hasil rumusan Rapat Teknis Kementerian Kependudukandan Lingkungan Hidup di Jakarta pada bulan Februari 1991, dinyatakan bahwa. Hutan Kota adalah suatu lahan yang tumbuh pohon-pohonan di dalam wilayah perkotaan di dalam tanah negara maupun tanah milik yang berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalam hal pengaturan tata air, udara, habitat flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dan dengan luas yang solid merupakan ruang terbuka hijau, serta areal tersebut ditetapkan oleh pejabat berwenang sebagai Hutan Kota. Adapun di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota, disebutkan bahwa Hutan Kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah Perkotaan, baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai Hutan Kota oleh pejabat yang berwenang.

Menurut Grey dan Deneke dalam Urban Forestry (1986) menyatakan bahwa hutan kota adalah lahan dalam kota yang terdiri dari komponen fisik dengan vegetasi berupa pohon dengan lingkungan yang spesifik.

Menurut Dahlan (1991), Hutan Kota dibagi menjadi 6 tipe, yaitu :

  1. Tipe pemukiman
  2. Tipe kawasan industry
  3. Tipe rekreasi dan keindahan
  4. Tipe pelestarian plasma nutfah
  5. Tipe perlindungan
  6. Tipe pengamanan
  7. Peran Hutan Kota
    1. Fungsi lansekap.

      Fungsi lansekap meliputi fungsi fisik dan fungsi sosial.

    a.Fungsi fisik, yaitu berfungsi antara lain untuk perlindungan terhadap angin, sinar matahari, pemandangan yang kurang bagus dan terhadap bau, sebagai pemersatu, penegas, pengenal, pelembut, dan pembingkai.

    b. Fungsi sosial. Penataan tumbuh-tumbuhan dalam hutan kota dengan baik akan memberikan tempat interaksi sosial yang sangat menyenangkan. Hutan kota dengan aneka ragam tumbuh-tumbuhan mengandung nilai-nilai ilmiah sehingga hutan kota dapat sebagai laboratorium hidup untuk sarana pendidikan dan penelitian. Fungsi kesehatan misalnya untuk terapi mata dan mental serta fungsi rekreasi, olah raga, dan tempat interaksi sosial lainnya. Fungsi sosial politik ekonomi misalnya untuk persahabatan antar negara. Hutan kota dapat memberikan hasil tambahan secara ekonomi untuk kesejahteraan penduduk seperti buah-buahan, kayu, obat-obatan sebagai warung hidup dan apotik hidup.

    2. Fungsi Pelestarian Lingkungan (ekologi). Dalam pengembangan dan pengendalian kualitas lingkungan fungsi lingkungan diutamakan tanpa mengesampingkan fungsi-fungsi lainnya. Fungsi lingkungan ini antara lain adalah:

    a. Menyegarkan udara atau sebagai "paru-paru kota". Fungsi menyegarkan udara dengan mengambil CO2 dalam proses fotosintesis dan menghasilkan O2 yang sangat diperlukan bagi makhluk hidup untuk pernafasan. CO2 diambil dari udara, sedangkan air diambil dari dalam tanah melalui akar tanaman.

    sinarmatahari 6 CO2 + 6 H2O ----------------> C6H12O6 + 6 O2 khlorofil enzim

    b. Menurunkan Suhu Kota dan meningkatkan kelembaban. Suhu disekitar tanaman menjadi lebih sejuk. Uap air di atmosfir bertindak sebagai pengatur panas (suhu udara) karena sifatnya dapat menyerap energi radiasi matahari gelombang pendek maupun gelombang panjang. Hutan kota mempunyai pengaruh besar pada daerah-daerah yang suhunya tinggi, dan sangat bermanfaat khususnya untuk daerah tropis.

    c. Sebagai Ruang Hidup Satwa. Tumbuh-tumbuhan selain sebagai produsen pertama dalam ekosistem juga dapat menciptakan ruang hidup (habitat) bagi makhluk hidup lainnya, sebagai burung, kupu-kupu, serangga. Burung sebagai komponen ekosistem mempunyai peranan penting, diantaranya untuk mengontrol populasi serangga, membantu penyerbukan bunga dan pemencaran biji. Hampir pada setiap bentuk kehidupan terkait erat dengan burung, sehingga burung mudah dijumpai. Dengan kondisi tersebut diduga burung dapat dijadikan sebagai indikator lingkungan, karena apabila terjadi pencemaran lingkungan, burung merupakan komponen alam terdekat yang terkena pencemaran. Burung berperanan dalam rekreasi alam, adanya taman burung selalu dikunjungi orang, untuk menikmati bunyi, kecantikan ataupun kecakapan burung. Malahan sekarang hampir di setiap rumah orang memelihara burung. Burung mempunyai nilai pendidikan dan penelitian. Keindahan burung dari segala yang dimilikinya akan memberikan suatu kenikmatan tersendiri. Kebiasaan burung-burung beranekaragam, ada burung yang mempunyai kebiasaan berada mulai dari tajuk sampai kebawah tajuk. Ini menunjukkan bahwa bila hutan kota mempunyai komposisi banyak jenis, berlapis-lapis dan berstrata akan memikat banyak burung. Hasil penelitian saya (1994) menunjukkan bahwa burung lebih banyak dijumpai baik jenis maupun jumlahnya pada hutan kota yang ditanami dengan tanaman produktif (berbunga, berbuah dan berbiji) pada struktur hutan kota yang berstrata banyak. Kehadiran burung pada hutan kota yang berstara banyak selain karena jumlah tumbuh-tumbuhan yang beranekaragam, juga pohonnya adalah jenis buah-buahan (tanaman produktif). Tanaman produktif dalam hal ini adalah tanaman yang menghasilkan bunga, buah, biji aroma, sehingga memberikan kesempatan lebih besar kepada burung (herbivor) yang menyukainya untuk datang, mencari makan, bercengkrama atau bersarang.

    d. Penyanggah dan Perlindungan Permu-kaan Tanah dari Erosi, sebagai penyanggah dan melindungi permukaan tanah dari air hujan dan angin. Sehubungan dengan itu hutan kota dapat membantu penyediaan air tanah dan pencegahan erosi.

    e. Pengendalian dan Mengurangi Polusi Udara dan Limbah, sebagai pengendalian dan atau mengurangi polusi udara dan limbah, serta menyaring debu. Debu atau partikulat terdiri dari beberapa komponen zat pencemar. Dalam sebutir debu terdapat unsur-unsur seperti garam sulfat, sulfuroksida, timah hitam, asbestos, oksida besi,silika, jelaga dan unsur kimia lainnya. Berbagai hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa tumbuh-tumbuhan dapat mengakumulasi berbagai jenis polutan (pencemar). Seperti pohon johar, asam landi, angsana dan mahoni dapat mengakumulasi Pb (timah hitam) yaitu hasil pencemaran oleh kendaraan bermotor, pada daun dan kulit batang.

    e. Peredaman Kebisingan. Kebisingan adalah suara yang berlebihan, tidak diinginkan dan sering disebut "polusi tak terlihat" yang menyebabkan efek fisik dan psikologis. Efek fisik berhubungan dengan transmisi gelombang suara melalui udara, efek psikologis berhubungan dengan respon manusia terhadap suara.

    f. Tempat Pelesterian Plasma nutfah dan bioindikator, yaitu sebagai tempat pelestarian plasma nutfah dan bioindikator dari timbulnya masalah lingkungan seperti. Karena tumbuhan tertentu akan memberikan reaksi tertentu akan perubahan lingkungan yang terjadi disekitarnya. Plasma nutfah sangat diperlukan dan mempunyai nilai yang sangat tinggi dan diperlukan untuk kehidupan.

    g. Menyuburkan Tanah. Sisa-sisa tumbuhan akan dibusukkan oleh mikroorganisma dan akhirnya terurai menjadi humus atau materi yang merupakan sumber hara mineral bagi tumbuhan itu kembali.

    3. Fungsi Estetika. Tumbuh-tumbuhan dapat memberikan keindahan dari garis, bentuk, warna, dan tekstur yang ada dari tajuk, daun, batang, cabang, kulit batang, akar, bunga, buah maupun aroma. Hasil penelitian saya menunjukkan bahwa penilaian hutan kota yang berstrata banyak mempunyai nilai estetika lebih tinggi, daripada hutan kota berstrata dua.


 

Menurut Satjapradjo(1991) hutan kota secara garis besarnya mempunyai peran sebagai:

  1. Konservasi Tanah dan Air
  2. Habitat satwa
  3. Pengendali pencemaran
  4. Produksi terbatas
  5. Estetika dan pendidikan

    Manfaat dari hutan kota menurut Wirakusumah yang dikutip Fandeli(1990) antara lain: manfaat produksi berupa oksigen, penambahan kelembapan udara dan peningkatan kelestarian air. Manfaat regulatif berupa penurunan suhu, meredam kebisingan, memperkecil silau cahaya, perlindungan tanah, mengurangi polusi udara, dan menjaga kondisi lingkungan. Manfaat fisiologik antara lain keindahan serta kesehatan fisik dan mental manusia.

    Sedangkan dalam pembangunan kota, huatn kota mempunyai peranan penting dalam pengembangan kota. Peran tersebut akan berfungsi untuk menjaga dan memperbaiki kualitas lingkungan.

    Beberapa peran hutan kota menurut Dahlan(1992):

  6. Pelestarian Plasma Nutfah
  7. Penahan dan penyaring partikel padat dari udara
  8. Penyerap partikel timbale
  9. Peredam kebisingan
  10. Mengurangi bahaya hujan asam
  11. Penyerapan karbon monoksida
  12. Penyerap karbon dioksida dan penghasil oksigen.
  13. Penahan angin
  14. Penyerap dan penapis bau
  15. Mengurangi penggenangan
  16. Mengurangi intrusi air laut
  17. Ameliorasi iklim
  18. Penapis cahaya silau
  19. Sebagai habitat satwa
  20. Mengurangi abrasi pantai


     

    1. Bentuk Hutan Kota

    Berdasarkan criteria, sasaran dan fungsi penting hutan kota, ada berbagai hutan kota, yaitu:

    1. Jalur hijau

    Pohon peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah kawat listrik tegangan tinggi, jalur hijau di tepi jalan kereta api, jalur hijau di tepi sungai di dalam kota atau di luar kota dapat dibangun dan dikembangkan sebagai hutan kota guna diperoleh manfaat kualitas lingkungan perkotaan yang baik. Tanaman yang ditanam pada daerah di bawah jalur kawat listrik dan telepon diusahakan yang rendah saja, atau boleh saja dengan tanaman yang dapat menjulang tinggi, namun pada batas ketinggian tertentu harus diberikan pemangkasan.

    Kawasan riparian seperti : delta sungai, kanal, saluran irigasi, tepian danau dan tepi pantai dapat merupakan bagian lokasi dari kegiatan pengembangan hutan kota. Penanaman tanaman di kawasan ini diharapkan dapat memperbaiki kuantitas dan kualitas air serta untuk memperkecil erosi.

    Seperti telah disebutkan di atas, jalur hijau di tepi jalan bebas hambatan yang terdiri dari jalur tanaman pisang dan jalur tanaman yang merambat serta tanaman perdu yang liat yang ditanam secara berlapis-lapis diharapkan dapat berfungsi sebagai penyelamat bagi kendaraan yang keluar dari badan jalan. Sedangkan pada bagian yang lebih luar lagi dapat ditanami dengan tanaman yang tinggi dan rindang untuk menyerap pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor.

    1. Taman Kota

    Taman dapat diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah. Setiap jenis tanaman mempunyai karakteristik tersendiri baik menurut bentuk, warna dan teksturnya. Ada pohon yang bentuk tajuknya kecil tinggi dan lurus (cemara lilin), tajuk pohon berbentuk piramida (cemara) dan ada juga yang bentuk tajuknya besar, bulat dan rindang (beringin). Tekstur daun dapat pula dijadikan bahan pertimbangan dalam suatu komposisi taman. Ada daun dengan tekstur yang kasar (Ficus elastica), tekstur sedang (duren) dan ada yang halus (lamtoro). Bentuk percabangan juga dapat dijadikan sebagai komponen dari suatu komposisi. Ada beberapa bentuk percabangan seperti : mendatar, menyudut (acute), menjumbai (weeping) dan tegak.

    1. Kebun dan Pekarangan

    Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya dari jenis yang dapat menghasilkan buah seperti : mangga, durian, sawo, rambutan, jambu, pala, jeruk, delima, kelapa dan lain-lain serta dari jenis yang tidak diharapkan hasil buahnya seperti : cemara, palem, pakis, filisium dan beberapa jenis lainnya. Halaman rumah dapat memberikan prestise tertentu. Oleh sebab itu halaman rumah ditata apik sedemikian rupa untuk mendapatkan citra, kebanggaan dan keindahan tertentu bagi yang empunya rumah maupun orang lain yang memandang dan menikmatinya. Maka halaman tidak hanya ditanam dengan tanaman seperti tersebut di atas, namun dilengkapi juga dengan tanaman bebungaan yang indah. Tanaman lainnya yang dapat dijumpai adalah : sayuran, empon-empon dan tanaman apotik hidup lainnya. Pada halaman rumah pun dapat dijumpai unggas, ikan dan heawan lainnya. Menurut Soemarwoto (1983) tanaman halaman rumah mempunyai fungsi integrasi antara fungsi alam hutan dengan fungsi sosial-budaya-ekonomi masyarakat.

    1. Kebunraya dan Kebun binatang

      Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan kota.

      Tanaman dapat berasal dari daerah setempat, maupun dari daerah lain, baik dari daerah lain di dalam negeri maupun di luar negeri.Soemarwoto (1983) berpendapat, kebun raya ada yang bersifat ekonomi dan yang bertujuan utama untuk ilmiah

    2. Hutan lindung

      Mintakat kota ke lima yaitu darah dengan lereng yang curam harus dijadikan kawasan hutan karena rawan longsor. Demikian pula dengan daerah pantai yang rawan akan abrasi air laut, hendaknya dijadikan hutan lindung.

    3. Kuburan atau Taman Makam Pahlawan.

      Pada tempat pemakaman banyak ditanam pepohonan. Nampaknya sebagai manifestasi kecintaan orang yang masih hidup terhadap orang yang sudah meninggal tak akan pernah berhenti, selama pohon tersebut masih tegak berdiri. Personifikasi ini nampaknya menyatakan bahwa dengan melalui tanaman dapat digambarkan bahwa kehidupan tidaklah berakhir dengan kematian, namun kematian adalah awal dari kehidupan.


     

    1. Kebisingan

    Bunyi merupakan gelombang tekanan yang dapat dirasakan oleh telinga manusia normal, yang tidak mengalami gangguan pada organ pendengarannya. Bunyi ada yang sengaja diciptakan dan ada yang tidak disengaja diciptakan, yang kehadirnya tidak dikehendaki. Bunyi sering disebut kebisingan.

    Masalah kebisingan menyangkut tiga komponen antara lain: sumber suara, media suara, dan penerima suara..

    Penelitian di Negara-negara berkembang menunjukan bahwa sumber utama kebisingan di daerah pemukiman adalah lalulintas jalan raya.

    Reaksi kebisingan sangat dipengaruhi oleh emosi dan bervariasi dari satu orang ke orang lain. Untuk mengetahui tingkat kebisingan secara obyektif dilakukan pengukuran dengan alat ukur pengukur intensitas suara atau tekanan suara, seperti SPL, SLI, maupun SLM.

    Skala decibel dipakai dalam pengukuran daya suara, intensitas, dan tekanan suara. Dan yang sering diukur dalam pengukuran tingkat kebisingan adalah tekanan suara.

    Tingkat kebisingan yang disebabkan lalulintas menurut Departemrent of transport UK (1988) dipengaruhi oleh:

  21. Volume kendaraan
  22. Kecepatan rata-rata kendaraan
  23. Prosentase kendaraan berat
  24. Tingkat kemiringan
  25. Jenis permukaan jalan
  26. Jarak antara sumber dan penerima kebisingan
    1. Kondisi lingkungan sekitar, seperti adanya tembok, galian, timbunan, kolam, dan tanaman.

    Peraturan pemerintah no 26. Tentang jalan tahun 1985 membagi kendaraan menjadi 5 golongan yaitu:

  27. Kendaraan penumpang/kendaraan bermotor roda3 atau sepeda motor.
  28. Truk kecil berat kurang dari 5 ton atau bus mikro
  29. Truk sedang
  30. Bus
  31. Truk berat

    Kebisingan sudah menjadi gangguan serius bagi manusia. Manusia membutuhkan suasana yang tenang dalam bekerja maupun aktifitas yang membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Di luar negeri sudah ada undang-undang yang mengatur tentang tingkat kebisingan yang diperbolehkan di lingkungan pemukiman.

    1. Hutan Kota dan Kebisingan

    Menurut Dahlan(1992) pohon dapat meredam suara dengan cara mengabsorbsi gelombang suara oleh daun, cabang, dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam suara adalah pohon yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang. Kovacs (1985) mengemukakan bahwa pepohonan dapat mengurangi suara dengan cara menyerap dan menahannya, dan kayu dari jenis decioudeus yang mempunyai struktur laminar mampu menyerap dan meneruskan gelombang suara, juga dapat menurunkan intensitas suara. Sedang conifer jarum yang berbentuk silinder mampu mendistribusikan suara.

    Daun dari pohon dan semak dapat mendistribusikan suara. Kekuatan gelombang suara yang melalui pagar hidup dapat diper kecil dengan gerakan-gerakan daun. Dan suara yang dibaurkan atau dipantulkan membaur oleh pohon-pohon sehingga intensitasnya dan frekuensinya berkurang.

    Menurut Wiener dan Kast (1959) menyatakan bahwa gelombang suara akan banyak diserap oleh penutup yanah (ground cover) dan tajuk pohon, penghamburan atau penyebaran suara oleh cabang dan ranting dianggap tidak penting.

    Pudjiharto (1980) menyatakan bahwa penanaman pohon-pohonan dan semak dengan lebar 20 sampai 30 meter adalah penghalang efektif suara bising dari lalu lintas bila jarak jalur itu 24 meter dari jalan raya. Dengan kombinasi antara pohon, semak dan solid barier (pagar beton) kekerasan suara dapat dikurangi sebesar 0,25 nya dari jarak 45 meter sampai 140 meter jika barier diletakkan diantara sumber suara dan penerima suara. Jalur pohon selebar 30 meter dan tinggi 15 meter dengan tanaman rapat dapat menjadi pelindung yang penting dari kebisingan jalan raya.

    Untuk mempertinggi efektifitas tanaman, pohon-pohonan dan semak dibangun penghalang padat (tanah) setinggi 2 sampai 3 meter dengan lebar 15 sampai 30 meter dan diatasnya ditanami tanaman. Hasil kombinasi antara pohon-pohonan, semak dan solid barier yang bias berbentuk tembok dapat menurunkan suara dari 6 dBA sampai 15 dBA di belakang barier. Unsur tanaman dapat melengkapi kekurangan solid barier, dan solid barier dapat melengkapi kekurangan tanaman.

    Menurut Stepens(1985) menyatakan bahwa kemampuan pohon dan semak dalam mengurangi suara tergantung pada jarak antara sumber suara dan tempat tinggalnya serta tergantung pada daya pohon dalam mengabsorbsi suara. Struktur halus dari daun jarum mengurangi kekerasan gelombang suara lebih tinggi dari jenis lainnya.


     

    Daftar Pustaka

    www.dephut.go.id

    tugasku dewe…..