WELCOME TO FOREST CONSERVATION

SAVE OUR FOREST
WILL
SAVE OUR WORLD

SAVE OUR FOREST
FOR
A BETTER FUTURE

Senin, 05 April 2010

pengembangan ekowisata

Andersen, (1995) dalam linberg,dkk (1995) pengembangan ekowisata dapat meningkatkan kualitas lingkungan dan peningkatan perekonomian secara bersama – sama. Munculnya ekowisata juga merupakan gambaran dari lingkungan dan kegiatan perekonomian yang mengalami perubahan yang mengancam kehidupan manusia.

Tujuan ekowisata adalah untuk mengkonservasi dan melestarikan sumberdaya alam yang ada. Tujuan ekowisata ini akan tercapai apabila konsep ekowiata tersebut, tersampaikan kepada seluruh pelaku ekowisata baik wisatawan, pemandu, masyarakat setempat, pengelola dan pihak yang terkait. Salah satu cara untuk mencapai tujuan tersebut yaitu dengan melakukan pemanduan terhadap wisatawan. Pemanduan yaitu mendampingi wisatawan untuk memahami apa yang dilihat oleh wisatawan dan menyampaikan arti yang terkandung dalam obyek wisata alam sehingga wisatawan mengerti bahwa ekowisata adalah berwisata yang bertujuan bukan hanya untuk piknik atau rekreasi saja tapi lebih dari sebagai sarana pendidikan, penerangan dan penyedaran lingkungan.

Salah satu cara untuk melakukan pemanduan yaitu dengan menetapkan jalur pemanduan terhadap objek yang tersebar dan mempunyai cirri khas yang berbeda. Objek yang berbeda ini dapat dijadikan sebagai paket pemanduan yang saling terkait sehingga tujuan ekowisata lebih mudah tercapai. Menurut Kaharudin (2003) keberadaan jalur dalam suatu objek wisata harus dipahami dalam dua perspektif yaitu sebagai penghubung antar atraksi wisata dan penghubung pada suatu kejadian.

Rabu, 03 Maret 2010

Banteng ( Bos javanicus )

banteng (dari bahasa Jawa, banthèng), Bos javanicus, adalah hewan yang sekerabat dengan sapi dan ditemukan di Myanmar, Thailand, Kamboja, Laos, Vietnam, Kalimantan, Jawa, and Bali. Banteng dibawa ke Australia Utara pada masa kolonisasi Britania pada 1849 dan sampai sekarang masih lestari.

Terdapat tiga anak jenis banteng liar: B. javanicus javanicus (di Jawa, Madura, dan Bali), B. javanicus lowi (di Kalimantan, jantannya berwarna coklat bukan hitam), dan B. javanicus birmanicus (di Indocina). Anak jenis yang terakhir digolongkan sebagai Terancam oleh IUCN.

Hewan ini bertubuh tegap, besar dan kuat dengan bahu bagian depannya lebih tinggi daripada bagian belakang tubuhnya (Alikodra, 1983). Panjang tubuh dan kepala banteng adalah 18-22.5 cm; panjang ekor 6.5-7 cm, memiliki tinggi 12-19 cm dan berat 400-900 kg (Grzimek, 1975; Lekagul & Mc. Neely, 1977). Di kepalanya terdapat sepasang tanduk, pada bagian dadanya terdapat gelambir (dewlap) yang dimulai dari pangkal kaki depan sampai bagian leher, tetapi tidak mencapai daerah kerongkongan.

Banteng merupakan satwa liar yang menyukai daerah hutan terbuka dan berumput. Menurut Hoogerwerf (1970) dalam Alikodra (1983), penyebaran banteng meliputi wilayah yang cukup luas yaitu daerah pantai pada ketinggian 0 m dpl sampai daerah pegunungan dengan ketinggian 2132 m dpl.
Banteng banyak terdapat di areal terbuka, namun sangat tergantung ketebalan semak-semak dan hutan tempat berlindung. Banteng mungkin aktif setiap saat namun akan menjadi nocturnal di area yang mengalami gangguan manusia (Lekagul & Mc. Neely, 1977).

Kemampuan berkembangbiak suatu populasi banteng ditentukan oleh struktur populasi (populasi, kepadatan, sex ratio dan stratifikasi umur) dan kondisi kualitas dan kuantitas lingkungan. Perkawinan biasanya dilakukan pada malam hari. Lamanya bayi dalam kandungan adalah 9.5-10 bulan dan jumlah anak setiap induk berkisar antara 1-2 ekor. Banteng termasuk hewan monoestrus artinya mempunyai 1 musim kawin dalam 1 tahun. Umur termuda banteng betina untuk mulai berkembangbiak adalah 3 tahun, sedangkan untuk banteng jantan lebih dari 3 tahun. Banteng dapat mencapai umur 21-25 tahun, sehingga seekor betina sepanjang umurnya dapat menurunkan anaknya sebanyak 21 kali.

Banteng hidup dari rumput, bambu, buah-buahan, dedaunan, dan ranting muda. Banteng umumnya aktif baik malam maupun siang hari, tapi pada daerah pemukiman manusia, mereka beradaptasi sebagai hewan nokturnal. Banteng memiliki kecenderungan untuk berkelompok pada kawanan berjumlah dua sampai tiga puluh ekor. Di Jawa, Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Meru Betiri, Taman Nasional Bali Barat, Taman Nasional Alas Purwo dan Taman Nasional Baluran menjadi pertahanan terakhir hewan asli Asia Tenggara ini.


Sumber:

wikipedia

www.merubetiri.com

Rabu, 10 Februari 2010

LUTUNG JAWA ( Trachypithecus auratus )

1. Klasifikasi
• Kingdom : Animalia
• Sub Kingdom : Metazoa
• Phyllum : Chordata
• Sub Phyllum : Vertebrata
• Classis : Mamalia
• Sub Classis : Theria
• Ordo : Primata
• Sub Ordo : Antropidea
• Familia : Ceroopithecidae
• Genus : Trachypithecus
• Spesies : Trachypitechus auratus

2. Morfologi
Lutung budeng atau dalam nama ilmiahnya Trachypithecus auratus adalah sejenis lutung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 55cm. Lutung budeng memiliki rambut tubuh berwarna hitam. Dan seperti jenis lutung lainnya, lutung ini memiliki ekor yang panjang, sekitar 87cm.
Jantan dan betina biasanya berwarna hitam, namun betina memiliki warna putih kekuningan di sekitar kelaminnya. Lutung muda memiliki rambut tubuh berwarna oranye. Ada dua subspesies dari Lutung Budeng, yang dibedakan dari daerah sebarannya. Subspesies utama, T. a. auratus memiliki ras yang langka, di mana lutung dewasa memiliki warna rambut seperti lutung muda yang berwarna oranye, namun warnanya lebih gelap sedikit dengan ujung kuning.
Lutung mempunyai berat rata-rata sekitar 6,3 kg – 7 kg. mempunyai bentuk ibu jari yang besar, morfologi telapak tangan berupa segitiga, dan datar merupakan adaptasi lutung terhadap habitat sehingga mampu hidup di pohon.
3. Perilaku
Lutung Budeng adalah hewan diurnal, yang lebih aktif pada waktu siang hari di atas pepohonan. Makanan pokoknya terdiri dari tumbuh-tumbuhan. Memakan dedaunan, buah-buahan dan bunga. Spesies ini juga memakan larva serangga.
Lutung Budeng hidup berkelompok, yang dalam satu kelompoknya terdiri dari sekitar tujuh ekor lutung, termasuk satu atau dua ekor lutung jantan dewasa. Lutung betina biasanya hanya mempunyai satu anak setiap melahirkan dan saling bantu membesarkan anak-anak lutung. Namun lutung betina juga bersifat sangat agresif terhadap lutung betina dari kelompok lain.

4. Status Dilindungi
Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor : 733/kpts-II/1999 tentang penetapan lutung ( Trachypithecus auratus ) sebagai satwa yang dilindungi.
Sedangkan menurut IUCN (international Union for Conservation of Nature) masuk dalam kategori Vulnurable atau rentan, sedangkan menurut CITES masuk dalam Appendix II. Spesies ini dianggap Rentan ( vulnerable ) karena masa lalu dan populasinya terus menurun, diperkirakan lebih dari 30% selama 36 tahun (3 generasi, generasi diberikan panjang 12 tahun), sebagai akibat penangkapan untuk perdagangan hewan ilegal, perburuan , dan hilangnya habitat.

Lutung dapat dijumpai di mangrove, hutan rawa-rawa, dataran rendah, hutan perbukitan, hutan musim yang kering, dan hutan pegunungan hingga ketinggian 3000-3500 mdpl. Selain itu juga ditemui di hutan tanaman jati, rasamala dan akasia.
Menyukai makanan berupa dedaunan, bunga, biji dari buah. Di dieng, jawa tengah, lutung ditemukan di hutan primer maupun hutan sekunder, di tepian, maupun diatas kanopi. Daerah jelajah lutung sekitar 20 -30 ha dan mungkin bisa lebih besar di pulau jawa.
Spesies ini endemic di Indonesia tepatnya di pulau jawa, dan pulau-pulau kecil seperti bali, lombok, nusa barung, dan pulau sempu. Di pulau lombok populasi lutung dikarenakan terjadi introduksi oleh manusia. Species ini terdapat di Jawa Timur, Bali, Lombok, Palau Sempu dan Nusa Barung. Subspesies ini memiliki dua morphs, salah satunya, morph merah, memiliki distribusi terbatas antara Blitar, Ijen, dan Pugeran, Jawa (Groves 2001). Morph lain adalah lebih umum dan ditemukan di Jawa timur, barat ke Gunung Ujungtebu (Brandon-Jones 1995).