Hutan kota adalah pohon, taman, jalur-jalur hijau dan hutan yang ditanam di lingkungan kota dan sekitarnya yang berguna dan berpotensi sebagai pengelola lingkungan dalam hal ameliorasi, iklim, rekreasi, estetika, fisiologi, psikologi, social, pengelolaan pencemaran, dan kesejahteraan ekonomi masyarakat di perkotaan. (Dahlan, 1991).
Menurut Society of America Forester (SAF) Hutan kota adalah sebidang tanah yang luas minimalnya 0,4 Ha untuk vegetasi pepohonan dengan jarak minimal 10 m dalam komunitas di dalamnya terdiri dari flora dan fauna serta unsure abiotik lainnya dan lokasinya terjangkau pemukiman penduduk kota.
Hutan Kota adalah pepohonan yang berdiri sendiri atau berkelompok atau vegetasi berkayu di kawasan perkotaan yang pada dasarnya memberikan dua manfaat pokok bagi masyarakat dan lingkungannya, yaitu manfaat konservasi dan manfaat estetika.
Sementara dalam hasil rumusan Rapat Teknis Kementerian Kependudukandan Lingkungan Hidup di Jakarta pada bulan Februari 1991, dinyatakan bahwa. Hutan Kota adalah suatu lahan yang tumbuh pohon-pohonan di dalam wilayah perkotaan di dalam tanah negara maupun tanah milik yang berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalam hal pengaturan tata air, udara, habitat flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dan dengan luas yang solid merupakan ruang terbuka hijau, serta areal tersebut ditetapkan oleh pejabat berwenang sebagai Hutan Kota. Adapun di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota, disebutkan bahwa Hutan Kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah Perkotaan, baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai Hutan Kota oleh pejabat yang berwenang.
Menurut Grey dan Deneke dalam Urban Forestry (1986) menyatakan bahwa hutan kota adalah lahan dalam kota yang terdiri dari komponen fisik dengan vegetasi berupa pohon dengan lingkungan yang spesifik.
Menurut Dahlan (1991), Hutan Kota dibagi menjadi 6 tipe, yaitu :
- Tipe pemukiman
- Tipe kawasan industry
- Tipe rekreasi dan keindahan
- Tipe pelestarian plasma nutfah
- Tipe perlindungan
- Tipe pengamanan
- Peran Hutan Kota
- Fungsi lansekap.
Fungsi lansekap meliputi fungsi fisik dan fungsi sosial.
a.Fungsi fisik, yaitu berfungsi antara lain untuk perlindungan terhadap angin, sinar matahari, pemandangan yang kurang bagus dan terhadap bau, sebagai pemersatu, penegas, pengenal, pelembut, dan pembingkai.
b. Fungsi sosial. Penataan tumbuh-tumbuhan dalam hutan kota dengan baik akan memberikan tempat interaksi sosial yang sangat menyenangkan. Hutan kota dengan aneka ragam tumbuh-tumbuhan mengandung nilai-nilai ilmiah sehingga hutan kota dapat sebagai laboratorium hidup untuk sarana pendidikan dan penelitian. Fungsi kesehatan misalnya untuk terapi mata dan mental serta fungsi rekreasi, olah raga, dan tempat interaksi sosial lainnya. Fungsi sosial politik ekonomi misalnya untuk persahabatan antar negara. Hutan kota dapat memberikan hasil tambahan secara ekonomi untuk kesejahteraan penduduk seperti buah-buahan, kayu, obat-obatan sebagai warung hidup dan apotik hidup.
2. Fungsi Pelestarian Lingkungan (ekologi). Dalam pengembangan dan pengendalian kualitas lingkungan fungsi lingkungan diutamakan tanpa mengesampingkan fungsi-fungsi lainnya. Fungsi lingkungan ini antara lain adalah:
a. Menyegarkan udara atau sebagai "paru-paru kota". Fungsi menyegarkan udara dengan mengambil CO2 dalam proses fotosintesis dan menghasilkan O2 yang sangat diperlukan bagi makhluk hidup untuk pernafasan. CO2 diambil dari udara, sedangkan air diambil dari dalam tanah melalui akar tanaman.
sinarmatahari 6 CO2 + 6 H2O ----------------> C6H12O6 + 6 O2 khlorofil enzim
b. Menurunkan Suhu Kota dan meningkatkan kelembaban. Suhu disekitar tanaman menjadi lebih sejuk. Uap air di atmosfir bertindak sebagai pengatur panas (suhu udara) karena sifatnya dapat menyerap energi radiasi matahari gelombang pendek maupun gelombang panjang. Hutan kota mempunyai pengaruh besar pada daerah-daerah yang suhunya tinggi, dan sangat bermanfaat khususnya untuk daerah tropis.
c. Sebagai Ruang Hidup Satwa. Tumbuh-tumbuhan selain sebagai produsen pertama dalam ekosistem juga dapat menciptakan ruang hidup (habitat) bagi makhluk hidup lainnya, sebagai burung, kupu-kupu, serangga. Burung sebagai komponen ekosistem mempunyai peranan penting, diantaranya untuk mengontrol populasi serangga, membantu penyerbukan bunga dan pemencaran biji. Hampir pada setiap bentuk kehidupan terkait erat dengan burung, sehingga burung mudah dijumpai. Dengan kondisi tersebut diduga burung dapat dijadikan sebagai indikator lingkungan, karena apabila terjadi pencemaran lingkungan, burung merupakan komponen alam terdekat yang terkena pencemaran. Burung berperanan dalam rekreasi alam, adanya taman burung selalu dikunjungi orang, untuk menikmati bunyi, kecantikan ataupun kecakapan burung. Malahan sekarang hampir di setiap rumah orang memelihara burung. Burung mempunyai nilai pendidikan dan penelitian. Keindahan burung dari segala yang dimilikinya akan memberikan suatu kenikmatan tersendiri. Kebiasaan burung-burung beranekaragam, ada burung yang mempunyai kebiasaan berada mulai dari tajuk sampai kebawah tajuk. Ini menunjukkan bahwa bila hutan kota mempunyai komposisi banyak jenis, berlapis-lapis dan berstrata akan memikat banyak burung. Hasil penelitian saya (1994) menunjukkan bahwa burung lebih banyak dijumpai baik jenis maupun jumlahnya pada hutan kota yang ditanami dengan tanaman produktif (berbunga, berbuah dan berbiji) pada struktur hutan kota yang berstrata banyak. Kehadiran burung pada hutan kota yang berstara banyak selain karena jumlah tumbuh-tumbuhan yang beranekaragam, juga pohonnya adalah jenis buah-buahan (tanaman produktif). Tanaman produktif dalam hal ini adalah tanaman yang menghasilkan bunga, buah, biji aroma, sehingga memberikan kesempatan lebih besar kepada burung (herbivor) yang menyukainya untuk datang, mencari makan, bercengkrama atau bersarang.
d. Penyanggah dan Perlindungan Permu-kaan Tanah dari Erosi, sebagai penyanggah dan melindungi permukaan tanah dari air hujan dan angin. Sehubungan dengan itu hutan kota dapat membantu penyediaan air tanah dan pencegahan erosi.
e. Pengendalian dan Mengurangi Polusi Udara dan Limbah, sebagai pengendalian dan atau mengurangi polusi udara dan limbah, serta menyaring debu. Debu atau partikulat terdiri dari beberapa komponen zat pencemar. Dalam sebutir debu terdapat unsur-unsur seperti garam sulfat, sulfuroksida, timah hitam, asbestos, oksida besi,silika, jelaga dan unsur kimia lainnya. Berbagai hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa tumbuh-tumbuhan dapat mengakumulasi berbagai jenis polutan (pencemar). Seperti pohon johar, asam landi, angsana dan mahoni dapat mengakumulasi Pb (timah hitam) yaitu hasil pencemaran oleh kendaraan bermotor, pada daun dan kulit batang.
e. Peredaman Kebisingan. Kebisingan adalah suara yang berlebihan, tidak diinginkan dan sering disebut "polusi tak terlihat" yang menyebabkan efek fisik dan psikologis. Efek fisik berhubungan dengan transmisi gelombang suara melalui udara, efek psikologis berhubungan dengan respon manusia terhadap suara.
f. Tempat Pelesterian Plasma nutfah dan bioindikator, yaitu sebagai tempat pelestarian plasma nutfah dan bioindikator dari timbulnya masalah lingkungan seperti. Karena tumbuhan tertentu akan memberikan reaksi tertentu akan perubahan lingkungan yang terjadi disekitarnya. Plasma nutfah sangat diperlukan dan mempunyai nilai yang sangat tinggi dan diperlukan untuk kehidupan.
g. Menyuburkan Tanah. Sisa-sisa tumbuhan akan dibusukkan oleh mikroorganisma dan akhirnya terurai menjadi humus atau materi yang merupakan sumber hara mineral bagi tumbuhan itu kembali.
3. Fungsi Estetika. Tumbuh-tumbuhan dapat memberikan keindahan dari garis, bentuk, warna, dan tekstur yang ada dari tajuk, daun, batang, cabang, kulit batang, akar, bunga, buah maupun aroma. Hasil penelitian saya menunjukkan bahwa penilaian hutan kota yang berstrata banyak mempunyai nilai estetika lebih tinggi, daripada hutan kota berstrata dua.
Menurut Satjapradjo(1991) hutan kota secara garis besarnya mempunyai peran sebagai:
- Konservasi Tanah dan Air
- Habitat satwa
- Pengendali pencemaran
- Produksi terbatas
- Estetika dan pendidikan
Manfaat dari hutan kota menurut Wirakusumah yang dikutip Fandeli(1990) antara lain: manfaat produksi berupa oksigen, penambahan kelembapan udara dan peningkatan kelestarian air. Manfaat regulatif berupa penurunan suhu, meredam kebisingan, memperkecil silau cahaya, perlindungan tanah, mengurangi polusi udara, dan menjaga kondisi lingkungan. Manfaat fisiologik antara lain keindahan serta kesehatan fisik dan mental manusia.
Sedangkan dalam pembangunan kota, huatn kota mempunyai peranan penting dalam pengembangan kota. Peran tersebut akan berfungsi untuk menjaga dan memperbaiki kualitas lingkungan.
Beberapa peran hutan kota menurut Dahlan(1992):
- Pelestarian Plasma Nutfah
- Penahan dan penyaring partikel padat dari udara
- Penyerap partikel timbale
- Peredam kebisingan
- Mengurangi bahaya hujan asam
- Penyerapan karbon monoksida
- Penyerap karbon dioksida dan penghasil oksigen.
- Penahan angin
- Penyerap dan penapis bau
- Mengurangi penggenangan
- Mengurangi intrusi air laut
- Ameliorasi iklim
- Penapis cahaya silau
- Sebagai habitat satwa
- Mengurangi abrasi pantai
- Bentuk Hutan Kota
Berdasarkan criteria, sasaran dan fungsi penting hutan kota, ada berbagai hutan kota, yaitu:
- Jalur hijau
Pohon peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah kawat listrik tegangan tinggi, jalur hijau di tepi jalan kereta api, jalur hijau di tepi sungai di dalam kota atau di luar kota dapat dibangun dan dikembangkan sebagai hutan kota guna diperoleh manfaat kualitas lingkungan perkotaan yang baik. Tanaman yang ditanam pada daerah di bawah jalur kawat listrik dan telepon diusahakan yang rendah saja, atau boleh saja dengan tanaman yang dapat menjulang tinggi, namun pada batas ketinggian tertentu harus diberikan pemangkasan.
Kawasan riparian seperti : delta sungai, kanal, saluran irigasi, tepian danau dan tepi pantai dapat merupakan bagian lokasi dari kegiatan pengembangan hutan kota. Penanaman tanaman di kawasan ini diharapkan dapat memperbaiki kuantitas dan kualitas air serta untuk memperkecil erosi.
Seperti telah disebutkan di atas, jalur hijau di tepi jalan bebas hambatan yang terdiri dari jalur tanaman pisang dan jalur tanaman yang merambat serta tanaman perdu yang liat yang ditanam secara berlapis-lapis diharapkan dapat berfungsi sebagai penyelamat bagi kendaraan yang keluar dari badan jalan. Sedangkan pada bagian yang lebih luar lagi dapat ditanami dengan tanaman yang tinggi dan rindang untuk menyerap pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor.
- Taman Kota
Taman dapat diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah. Setiap jenis tanaman mempunyai karakteristik tersendiri baik menurut bentuk, warna dan teksturnya. Ada pohon yang bentuk tajuknya kecil tinggi dan lurus (cemara lilin), tajuk pohon berbentuk piramida (cemara) dan ada juga yang bentuk tajuknya besar, bulat dan rindang (beringin). Tekstur daun dapat pula dijadikan bahan pertimbangan dalam suatu komposisi taman. Ada daun dengan tekstur yang kasar (Ficus elastica), tekstur sedang (duren) dan ada yang halus (lamtoro). Bentuk percabangan juga dapat dijadikan sebagai komponen dari suatu komposisi. Ada beberapa bentuk percabangan seperti : mendatar, menyudut (acute), menjumbai (weeping) dan tegak.
- Kebun dan Pekarangan
Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya dari jenis yang dapat menghasilkan buah seperti : mangga, durian, sawo, rambutan, jambu, pala, jeruk, delima, kelapa dan lain-lain serta dari jenis yang tidak diharapkan hasil buahnya seperti : cemara, palem, pakis, filisium dan beberapa jenis lainnya. Halaman rumah dapat memberikan prestise tertentu. Oleh sebab itu halaman rumah ditata apik sedemikian rupa untuk mendapatkan citra, kebanggaan dan keindahan tertentu bagi yang empunya rumah maupun orang lain yang memandang dan menikmatinya. Maka halaman tidak hanya ditanam dengan tanaman seperti tersebut di atas, namun dilengkapi juga dengan tanaman bebungaan yang indah. Tanaman lainnya yang dapat dijumpai adalah : sayuran, empon-empon dan tanaman apotik hidup lainnya. Pada halaman rumah pun dapat dijumpai unggas, ikan dan heawan lainnya. Menurut Soemarwoto (1983) tanaman halaman rumah mempunyai fungsi integrasi antara fungsi alam hutan dengan fungsi sosial-budaya-ekonomi masyarakat.
- Kebunraya dan Kebun binatang
Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan kota.
Tanaman dapat berasal dari daerah setempat, maupun dari daerah lain, baik dari daerah lain di dalam negeri maupun di luar negeri.Soemarwoto (1983) berpendapat, kebun raya ada yang bersifat ekonomi dan yang bertujuan utama untuk ilmiah
- Hutan lindung
Mintakat kota ke lima yaitu darah dengan lereng yang curam harus dijadikan kawasan hutan karena rawan longsor. Demikian pula dengan daerah pantai yang rawan akan abrasi air laut, hendaknya dijadikan hutan lindung.
- Kuburan atau Taman Makam Pahlawan.
Pada tempat pemakaman banyak ditanam pepohonan. Nampaknya sebagai manifestasi kecintaan orang yang masih hidup terhadap orang yang sudah meninggal tak akan pernah berhenti, selama pohon tersebut masih tegak berdiri. Personifikasi ini nampaknya menyatakan bahwa dengan melalui tanaman dapat digambarkan bahwa kehidupan tidaklah berakhir dengan kematian, namun kematian adalah awal dari kehidupan.
- Kebisingan
Bunyi merupakan gelombang tekanan yang dapat dirasakan oleh telinga manusia normal, yang tidak mengalami gangguan pada organ pendengarannya. Bunyi ada yang sengaja diciptakan dan ada yang tidak disengaja diciptakan, yang kehadirnya tidak dikehendaki. Bunyi sering disebut kebisingan.
Masalah kebisingan menyangkut tiga komponen antara lain: sumber suara, media suara, dan penerima suara..
Penelitian di Negara-negara berkembang menunjukan bahwa sumber utama kebisingan di daerah pemukiman adalah lalulintas jalan raya.
Reaksi kebisingan sangat dipengaruhi oleh emosi dan bervariasi dari satu orang ke orang lain. Untuk mengetahui tingkat kebisingan secara obyektif dilakukan pengukuran dengan alat ukur pengukur intensitas suara atau tekanan suara, seperti SPL, SLI, maupun SLM.
Skala decibel dipakai dalam pengukuran daya suara, intensitas, dan tekanan suara. Dan yang sering diukur dalam pengukuran tingkat kebisingan adalah tekanan suara.
Tingkat kebisingan yang disebabkan lalulintas menurut Departemrent of transport UK (1988) dipengaruhi oleh:
- Volume kendaraan
- Kecepatan rata-rata kendaraan
- Prosentase kendaraan berat
- Tingkat kemiringan
- Jenis permukaan jalan
- Jarak antara sumber dan penerima kebisingan
- Kondisi lingkungan sekitar, seperti adanya tembok, galian, timbunan, kolam, dan tanaman.
Peraturan pemerintah no 26. Tentang jalan tahun 1985 membagi kendaraan menjadi 5 golongan yaitu:
- Kendaraan penumpang/kendaraan bermotor roda3 atau sepeda motor.
- Truk kecil berat kurang dari 5 ton atau bus mikro
- Truk sedang
- Bus
- Truk berat
Kebisingan sudah menjadi gangguan serius bagi manusia. Manusia membutuhkan suasana yang tenang dalam bekerja maupun aktifitas yang membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Di luar negeri sudah ada undang-undang yang mengatur tentang tingkat kebisingan yang diperbolehkan di lingkungan pemukiman.
- Hutan Kota dan Kebisingan
Menurut Dahlan(1992) pohon dapat meredam suara dengan cara mengabsorbsi gelombang suara oleh daun, cabang, dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam suara adalah pohon yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang. Kovacs (1985) mengemukakan bahwa pepohonan dapat mengurangi suara dengan cara menyerap dan menahannya, dan kayu dari jenis decioudeus yang mempunyai struktur laminar mampu menyerap dan meneruskan gelombang suara, juga dapat menurunkan intensitas suara. Sedang conifer jarum yang berbentuk silinder mampu mendistribusikan suara.
Daun dari pohon dan semak dapat mendistribusikan suara. Kekuatan gelombang suara yang melalui pagar hidup dapat diper kecil dengan gerakan-gerakan daun. Dan suara yang dibaurkan atau dipantulkan membaur oleh pohon-pohon sehingga intensitasnya dan frekuensinya berkurang.
Menurut Wiener dan Kast (1959) menyatakan bahwa gelombang suara akan banyak diserap oleh penutup yanah (ground cover) dan tajuk pohon, penghamburan atau penyebaran suara oleh cabang dan ranting dianggap tidak penting.
Pudjiharto (1980) menyatakan bahwa penanaman pohon-pohonan dan semak dengan lebar 20 sampai 30 meter adalah penghalang efektif suara bising dari lalu lintas bila jarak jalur itu 24 meter dari jalan raya. Dengan kombinasi antara pohon, semak dan solid barier (pagar beton) kekerasan suara dapat dikurangi sebesar 0,25 nya dari jarak 45 meter sampai 140 meter jika barier diletakkan diantara sumber suara dan penerima suara. Jalur pohon selebar 30 meter dan tinggi 15 meter dengan tanaman rapat dapat menjadi pelindung yang penting dari kebisingan jalan raya.
Untuk mempertinggi efektifitas tanaman, pohon-pohonan dan semak dibangun penghalang padat (tanah) setinggi 2 sampai 3 meter dengan lebar 15 sampai 30 meter dan diatasnya ditanami tanaman. Hasil kombinasi antara pohon-pohonan, semak dan solid barier yang bias berbentuk tembok dapat menurunkan suara dari 6 dBA sampai 15 dBA di belakang barier. Unsur tanaman dapat melengkapi kekurangan solid barier, dan solid barier dapat melengkapi kekurangan tanaman.
Menurut Stepens(1985) menyatakan bahwa kemampuan pohon dan semak dalam mengurangi suara tergantung pada jarak antara sumber suara dan tempat tinggalnya serta tergantung pada daya pohon dalam mengabsorbsi suara. Struktur halus dari daun jarum mengurangi kekerasan gelombang suara lebih tinggi dari jenis lainnya.
Daftar Pustaka
tugasku dewe…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar