WELCOME TO FOREST CONSERVATION

SAVE OUR FOREST
WILL
SAVE OUR WORLD

SAVE OUR FOREST
FOR
A BETTER FUTURE

Rabu, 29 April 2009

SEARCH AND RESCUE (SAR)

Unsur – unsur SAR :

  • Locate : kemampuan menentukan lokasi survivor.
  • Reach : kemampuan untuk mencapai survivor, untuk itu diperlukan kemampuan mendaki gunung, rock climbing, peta dan kompas, dll.
  • Stabilize : kemampuan untuk menentramkan survivor.
  • Evacuate : ketrampilan membawa survivor.

Tahapan – tahapan SAR :

  1. Awerness stage (tahap keragu-raguan ) :sadar akan keadaan darurat telah terjadi.
  2. Initial action ( tahapan kesiapan ) : melaksanakan segala sesuatunya sebagai tanggapan terhadap suatu kecelakaan.
  3. Planning stage ( tahapan perencanaan ) : pembuatan rencana yang efektif.
  4. Operation stage(tahapan operasi ) : seluruh unit bekerja hingga operasi sar selesai.
  5. Report stage (tahapan laporan ) : membuat laporan tentang misi SAR.

BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI

  • BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI


     

  • KOMUNIKASI ANTAR PERSONA
  • KOMUNIKASI KELOMPOK
  • KOMUNIKASI TRANSENDENTAL
  • KOMUNIKASI INTRA PERSONA
  • KOMUNIKASI MASSA


     


     

  • KOMUNIKASI ANTAR PERSONA ADLAH KOMUNIKASI ANTARA INDIVIDU YG SATU DG INDIVIDU YG LAIN DG CIRI :


     

  • INTERAKSI YG MENGGUNAKAN LAMBANG-LAMBANG
  • TERDAPAT USAHA UTK MEMELIHARA HUBUNGAN YG BERSIFAT KOMUNIKATIF DG ORANG LAIN
  • HASIL BERSIFAT RESIPROSAL (SALING MENUNTUT JAWABAN) YG DAPAT BERUPA :
    • UTILITARIAN : TTG KEGUNAAN & MANFAAT DR PEMBICARAAN YBS
    • AESTHETIC : KESENANGAN, KEGEMBIRAAN, ATAU HIBURAN YG DPT DIAMBIL DARI PEMBICARAAN
    • THERAPEUTIC :
      MEMBERIKAN HASIL YG BERSIFAT MENGATASI KESULITAN, MEMPERBAIKI ATAU MENGAKRABKAN KEMBALI HUBUNGAN KOMUNIKATIF


     

  • KOMUNIKASI KELOMPOK ADL KOMUNIKASI DG MENGHADAPI SEKELOMPOK ORANG DLM BENTUK KULIAH, RAPAT, BRIEFING, PENATARAN, SEMINAR, DLL

        

        TITIK BERAT KOMUNIKASI DITUJUKAN UTK PENGISIAN ATAU PENAMBAHAN PENGETAHUAN YG DAPAT MENGAKTIFKAN RASIO, PIKIRAN DAN INTELEKTUALITAS MANUSIA

  • KOMUNIKASI TRANSENDENTAL (DI LUAR TANGGAPAN PANCA INDERA MANUSIA, YAITU KOMUNIKASI ANTARA MANUSIA DENGAN TUHAN/ YG GAIB (SEMBAHYANG, SHALAT, SEMEDI, TAFAKKUR, DLL)


     


     

  • KOMUNIKASI INTRA PERSONA, YAITU KOMUNIKASI DENGAN DIRI SENDIRI ( INTROSPEKSI / EVALUASI DIRI, DLL )


     


     

  • KOMUNIKASI MASSA ADALAH KOMUNIKASI YG DITUJUKAN KE SEJUMLAH BESAR ORANG (MASSA) YG BISA BERSIFAT ABSTRAK ATAUPUN RIIL, YG PADA PRINSIPNYA MEMPUNYAI PERHATIAN / MINAT YANG SAMA


     


     

  • IDENTITAS MASSA
  • AUDIENCE YG BERADA DI BAG BELAKANG SUDAH TDK DAPAT MENDENGAR SUARA NORMAL KOMUNIKATOR
  • KOMUNIKATOR TDK DAPAT MENATAP WAJAH AUDIENCE YG BERADA DI BARISAN PALING BELAKANG


     

  • SIFAT MASSA


     

  • HETEROGEN
  • ANONIM BAGI KOMUNIKATOR
  • EMOSIONAL
  • IRRASIONAL
  • INSIDENSIAL


     


     


 

Selasa, 28 April 2009

Sistem Informasi Geografis

Sistem Informasi Geografis (SIG) adalah suatu sistem informasi yang digunakan untuk pemasukan, penyimpanan, manipulasi, menampilkan, dan keluaran informasi yang berkaitan dengan objek di permukaan bumi yang bereferensi geografis beserta atribut-atributnya. SIG mempunyai peran yang signifikan dalam proses pengambilan keputusan dan penyebaran informasi karena di dalam SIG, data dan informasi yang merepresentasikan fenomena nyata dapat disimpan, diproses, dan disajikan dengan bentuk yang lebih sederhana dan sesuai dengan kebutuhan. Dengan SIG, proses manipulasi dan presentasi data dengan merelasikannya dengan posisinya secara geografis di permukaan bumi akan meningkatkan pemahaman akan fenomena nyata. Pada praktikum ini akan dipraktekkan aplikasi SIG dalam perencanaan tataguna lahan.

Secara umum terdapat dua jenis data yang digunakan SIG dalam memodelkan fenomena nyata, yaitu:
1. data grafis/ spasial: data yang mewakili aspek keruangan, posisi, koordinat. Berdasar struktur datanya, data spasial yang biasa digunakan dalam SIG dapat dipilahkan menjadi:
a. raster; menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan struktur mastriks atau piksel yang membentuk grid sehingga struktur datanya sederhana. Dengan demikian, mudah juga dimanipulasi dengan menggunakan fungsi-fungsi matematika sederhana sehingga teknologi yang digunakan pun tidak kompleks. Setiap piksel memiliki atribut tersendiri. Akurasi model data ini tergantung pada resolusi atau ukuran pikselnya. Overlay dan kombinasinya dengan ada penginderaan jauh mudah dilakukan. Namun demikian, untuk penyimpanannya diperlukan ruang yang besar; banyak redudancy data. Untuk menghemat ruang penyimpanan, dapat digunakan ukuran grid yang lebih besar, namun akan menghilangkan informasi detil dan ketelitian (Prahasta, 2005).
b. vektor; menampilkan, menempatkan, dan menyimpan data spasial dengan menggunakan titik, garis, atau poligon beserta atributnya. Posisi objek dicatat pada sistem koordinat (Nuarsa, 2005). Satu layer dapat dikaitkan dengan banyak atribut sehingga hanya memerlukan sedikit ruang penyimpanan. Namun demikian, struktur datanya rumit/ kompleks sehingga tidak mudah untuk dimanipulasi (Prahasta, 2005).
SIG mampu mengelola dan mengolah data spasial dan atribut secara terintegrasi sehingga mempunyai kemampuan analisis spasial dan non-spasial. Pembuatan peta dan analisisnya bukanlah hal baru, namun SIG dapat mengerjakan ini dengan lebih cepat dan lebih mutakhir dibanding dengan metode manual. Pada awalnya data geografi hanya disajikan dengan peta beserta simbol-simbolnya (titik, garis, poligon dengan warna/ tanda lain yang berbeda). Data-data geografis ini dapat ditumpangsusunkan apabila memiliki sistem koordinat yang sama. SIG tidak hanya dapat merepresentasikan dunia nyata pada layar monitor komputer sebagaimana lembaran peta, namun SIG juga menyimpan semua data/ informasi deskriptif sebagai atribut dalam basisdatanya. SIG menyimpan data ini dalam bentuk tabel-tabel relasional dan meghubungkannya sengan lokasi yang berkaitan dengan atribut tersebut dalam satuan yang disebut ‘layer’. Layer-layer ini akan membentuk basisdata SIG, sehingga perancangan basisdata SIG merupakan hal yang akan menentukan efektifitas dan efesiensi proses input – proses – output dalam SIG. Dengan demikian, pengembangan basisdata merupakan komponen terpenting dalam SIG karena paling banyak memerlukan waktu dan biaya.
SIG tidak semata-mata perangkat pembuat peta, namun SIG mempunyai berbagai fungsi analisis yang antara lain dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Prahasta, 2005):
Klasifikasi dan reklasifikasi;
Jaringan (network);
Tumpang susun (overlay);
Buffering;
Tiga dimensi; dan
Pengolahan citra digital.

Keunggulan SIG yang lain adalah dapat digunakan untuk mengintegrasikan data-data yang ada, misalnya dengan tumpang susun dengan memadukan layer yang berbeda dan secara matematis dengan operasi-operasi tertentu pada atribut-atribut data yang ada. Integrasi dan menampilkannya secara visual dengan waktu yang singkat merupakan kemampuan SIG yang tidak dimiliki perangkat lain yang berguna bagi para pengambil keputusan. Dengan SIG, pengguna juga dapat menyatakan relasi, pola, dan tren.

Senin, 27 April 2009

Kategori-kategori Focal species

  • Spesies-species yang mempunyai peran fungsional dalam sistem ekologis sehingga keberadaannya dan trend statusnya berpengaruh pada kondisi sistem ekologi tempat ia berada.

Penyempurnaan konsep spesies payung, dengan pendekatan multispecies yang ditetapkan dengan prosedur yang sistematis dalam pemilihan spesies-spesies payung


 

  1. Species indikator:

    suatu makhluk hidup yang dapat digunakan sebagai penciri untuk mengukur kondisi spesies lain atau lingkungan tertentu yang diinginkan.

  • Indikator deteksi dini adanya tekanan terhadap sebuah sistem ekologi.

(2) Species Payung: suatu species yang membutuhkan habitat yang sangat luas, sehingga perlindungan thd species tsb, akan melestarikan juga species lain yang berada di habitat yang sama namun kebutuhan habitatnya lebih sempit

(3) Species kunci: suatu species yang mempunyai pengaruh yang signifikan thd satu atau lebih proses ekologis kunci.

  • Tropic-link species: suatu species yang menguasai suatu posisi kunci dalam jaring-jaring makanan dan perpindahan materi dan energi antar tingkatan trophic.
  • Perekayasa ekologi: suatu species yang secara langsung atau tidak langsung mengontrol ketersediaan sumberdaya untuk makhluk lain dengan mempengaruhi kondisi fisik dari bahan-bahan biotis maupun abiotis.
  • Species Bendera: suatu species yang digunakan sebagai maskot program konservasi, karena mampu menggugah ketertarikan atau simpati masyarakat..


 

Daftar Pustaka :

Kuliah Pengelolaan Kawasan Konservasi Mas Hero

CAGAR ALAM GUNUNG GAMPING

Salah satu bentuk kawasan suaka alam adalah cagar alam. Cagar alam adalah Kawasan Suaka Alam yang karena keadaan alamnya mempunyai kekhasan tumbuhan, satwa, dan ekosistemnya atau ekosistem tertentu yang perlu dilindungi dan perkembangannya berlangsung secara alami (Taufik, 2008). Fungsi dari Cagar alam antara lain yaitu berfungsi untuk penelitian, perlindungan keanekragaman hayati, pendidikan (pendidikan lingkungan), perlindungan ekosistem, dan pemanfaatan yang lestari (IUCN,1994).

Cagar alam gunung gamping adalah salah satu bentuk kawasan suaka alam berbentuk cagar alam yang berfungsi untuk melindungi situs gunung gamping, dimana selain mengandung nilai historis yang tinggi, juga batu gmping tersebut menurut penelitian Prof. Gerth batuan gamping tersebut berasal dari zaman Jaman Eosen (38 - 54 juta tahun lalu). Nilai penting ditetapkannya kawasan ini sebagai cagar alam adalah untuk melindungi fenomena geologi. Ahli geologi Verbeek dan Fennema 1896 menyatakan bahwa di daratan Pulau Jawa hanya terdapat 1/2% singkapan batuan berumur Eosen (38 - 54 Juta tahun). Salah satu singkapan batuan tersebut antara lain terdapat di Yogyakarta, dimana sisa-sisanya saat ini berupa endapan batu gamping.

Kawasan cagar alam ini terletak di di Desa Ambar Ketawang, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, Resort Kaliurang, dan terletak dekat dengan situs sejarah Ambarketawang, yang merupakan cikal-bakal keraton Yogyakarta. Cagar alam Gunung Gamping ini merupakan situs yang tidak terpisahkan dengan situs Ambar ketawang, karena dahulu digunakan sebagai sumber daya alam bagi pembangunan Keraton Yogyakarta waktu pertama kali.

Hutan Kota Dan Kebisingan

Hutan kota adalah pohon, taman, jalur-jalur hijau dan hutan yang ditanam di lingkungan kota dan sekitarnya yang berguna dan berpotensi sebagai pengelola lingkungan dalam hal ameliorasi, iklim, rekreasi, estetika, fisiologi, psikologi, social, pengelolaan pencemaran, dan kesejahteraan ekonomi masyarakat di perkotaan. (Dahlan, 1991).

Menurut Society of America Forester (SAF) Hutan kota adalah sebidang tanah yang luas minimalnya 0,4 Ha untuk vegetasi pepohonan dengan jarak minimal 10 m dalam komunitas di dalamnya terdiri dari flora dan fauna serta unsure abiotik lainnya dan lokasinya terjangkau pemukiman penduduk kota.

Hutan Kota adalah pepohonan yang berdiri sendiri atau berkelompok atau vegetasi berkayu di kawasan perkotaan yang pada dasarnya memberikan dua manfaat pokok bagi masyarakat dan lingkungannya, yaitu manfaat konservasi dan manfaat estetika.

Sementara dalam hasil rumusan Rapat Teknis Kementerian Kependudukandan Lingkungan Hidup di Jakarta pada bulan Februari 1991, dinyatakan bahwa. Hutan Kota adalah suatu lahan yang tumbuh pohon-pohonan di dalam wilayah perkotaan di dalam tanah negara maupun tanah milik yang berfungsi sebagai penyangga lingkungan dalam hal pengaturan tata air, udara, habitat flora dan fauna yang memiliki nilai estetika dan dengan luas yang solid merupakan ruang terbuka hijau, serta areal tersebut ditetapkan oleh pejabat berwenang sebagai Hutan Kota. Adapun di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota, disebutkan bahwa Hutan Kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah Perkotaan, baik pada tanah negara maupun tanah hak, yang ditetapkan sebagai Hutan Kota oleh pejabat yang berwenang.

Menurut Grey dan Deneke dalam Urban Forestry (1986) menyatakan bahwa hutan kota adalah lahan dalam kota yang terdiri dari komponen fisik dengan vegetasi berupa pohon dengan lingkungan yang spesifik.

Menurut Dahlan (1991), Hutan Kota dibagi menjadi 6 tipe, yaitu :

  1. Tipe pemukiman
  2. Tipe kawasan industry
  3. Tipe rekreasi dan keindahan
  4. Tipe pelestarian plasma nutfah
  5. Tipe perlindungan
  6. Tipe pengamanan
  7. Peran Hutan Kota
    1. Fungsi lansekap.

      Fungsi lansekap meliputi fungsi fisik dan fungsi sosial.

    a.Fungsi fisik, yaitu berfungsi antara lain untuk perlindungan terhadap angin, sinar matahari, pemandangan yang kurang bagus dan terhadap bau, sebagai pemersatu, penegas, pengenal, pelembut, dan pembingkai.

    b. Fungsi sosial. Penataan tumbuh-tumbuhan dalam hutan kota dengan baik akan memberikan tempat interaksi sosial yang sangat menyenangkan. Hutan kota dengan aneka ragam tumbuh-tumbuhan mengandung nilai-nilai ilmiah sehingga hutan kota dapat sebagai laboratorium hidup untuk sarana pendidikan dan penelitian. Fungsi kesehatan misalnya untuk terapi mata dan mental serta fungsi rekreasi, olah raga, dan tempat interaksi sosial lainnya. Fungsi sosial politik ekonomi misalnya untuk persahabatan antar negara. Hutan kota dapat memberikan hasil tambahan secara ekonomi untuk kesejahteraan penduduk seperti buah-buahan, kayu, obat-obatan sebagai warung hidup dan apotik hidup.

    2. Fungsi Pelestarian Lingkungan (ekologi). Dalam pengembangan dan pengendalian kualitas lingkungan fungsi lingkungan diutamakan tanpa mengesampingkan fungsi-fungsi lainnya. Fungsi lingkungan ini antara lain adalah:

    a. Menyegarkan udara atau sebagai "paru-paru kota". Fungsi menyegarkan udara dengan mengambil CO2 dalam proses fotosintesis dan menghasilkan O2 yang sangat diperlukan bagi makhluk hidup untuk pernafasan. CO2 diambil dari udara, sedangkan air diambil dari dalam tanah melalui akar tanaman.

    sinarmatahari 6 CO2 + 6 H2O ----------------> C6H12O6 + 6 O2 khlorofil enzim

    b. Menurunkan Suhu Kota dan meningkatkan kelembaban. Suhu disekitar tanaman menjadi lebih sejuk. Uap air di atmosfir bertindak sebagai pengatur panas (suhu udara) karena sifatnya dapat menyerap energi radiasi matahari gelombang pendek maupun gelombang panjang. Hutan kota mempunyai pengaruh besar pada daerah-daerah yang suhunya tinggi, dan sangat bermanfaat khususnya untuk daerah tropis.

    c. Sebagai Ruang Hidup Satwa. Tumbuh-tumbuhan selain sebagai produsen pertama dalam ekosistem juga dapat menciptakan ruang hidup (habitat) bagi makhluk hidup lainnya, sebagai burung, kupu-kupu, serangga. Burung sebagai komponen ekosistem mempunyai peranan penting, diantaranya untuk mengontrol populasi serangga, membantu penyerbukan bunga dan pemencaran biji. Hampir pada setiap bentuk kehidupan terkait erat dengan burung, sehingga burung mudah dijumpai. Dengan kondisi tersebut diduga burung dapat dijadikan sebagai indikator lingkungan, karena apabila terjadi pencemaran lingkungan, burung merupakan komponen alam terdekat yang terkena pencemaran. Burung berperanan dalam rekreasi alam, adanya taman burung selalu dikunjungi orang, untuk menikmati bunyi, kecantikan ataupun kecakapan burung. Malahan sekarang hampir di setiap rumah orang memelihara burung. Burung mempunyai nilai pendidikan dan penelitian. Keindahan burung dari segala yang dimilikinya akan memberikan suatu kenikmatan tersendiri. Kebiasaan burung-burung beranekaragam, ada burung yang mempunyai kebiasaan berada mulai dari tajuk sampai kebawah tajuk. Ini menunjukkan bahwa bila hutan kota mempunyai komposisi banyak jenis, berlapis-lapis dan berstrata akan memikat banyak burung. Hasil penelitian saya (1994) menunjukkan bahwa burung lebih banyak dijumpai baik jenis maupun jumlahnya pada hutan kota yang ditanami dengan tanaman produktif (berbunga, berbuah dan berbiji) pada struktur hutan kota yang berstrata banyak. Kehadiran burung pada hutan kota yang berstara banyak selain karena jumlah tumbuh-tumbuhan yang beranekaragam, juga pohonnya adalah jenis buah-buahan (tanaman produktif). Tanaman produktif dalam hal ini adalah tanaman yang menghasilkan bunga, buah, biji aroma, sehingga memberikan kesempatan lebih besar kepada burung (herbivor) yang menyukainya untuk datang, mencari makan, bercengkrama atau bersarang.

    d. Penyanggah dan Perlindungan Permu-kaan Tanah dari Erosi, sebagai penyanggah dan melindungi permukaan tanah dari air hujan dan angin. Sehubungan dengan itu hutan kota dapat membantu penyediaan air tanah dan pencegahan erosi.

    e. Pengendalian dan Mengurangi Polusi Udara dan Limbah, sebagai pengendalian dan atau mengurangi polusi udara dan limbah, serta menyaring debu. Debu atau partikulat terdiri dari beberapa komponen zat pencemar. Dalam sebutir debu terdapat unsur-unsur seperti garam sulfat, sulfuroksida, timah hitam, asbestos, oksida besi,silika, jelaga dan unsur kimia lainnya. Berbagai hasil penelitian lainnya menunjukkan bahwa tumbuh-tumbuhan dapat mengakumulasi berbagai jenis polutan (pencemar). Seperti pohon johar, asam landi, angsana dan mahoni dapat mengakumulasi Pb (timah hitam) yaitu hasil pencemaran oleh kendaraan bermotor, pada daun dan kulit batang.

    e. Peredaman Kebisingan. Kebisingan adalah suara yang berlebihan, tidak diinginkan dan sering disebut "polusi tak terlihat" yang menyebabkan efek fisik dan psikologis. Efek fisik berhubungan dengan transmisi gelombang suara melalui udara, efek psikologis berhubungan dengan respon manusia terhadap suara.

    f. Tempat Pelesterian Plasma nutfah dan bioindikator, yaitu sebagai tempat pelestarian plasma nutfah dan bioindikator dari timbulnya masalah lingkungan seperti. Karena tumbuhan tertentu akan memberikan reaksi tertentu akan perubahan lingkungan yang terjadi disekitarnya. Plasma nutfah sangat diperlukan dan mempunyai nilai yang sangat tinggi dan diperlukan untuk kehidupan.

    g. Menyuburkan Tanah. Sisa-sisa tumbuhan akan dibusukkan oleh mikroorganisma dan akhirnya terurai menjadi humus atau materi yang merupakan sumber hara mineral bagi tumbuhan itu kembali.

    3. Fungsi Estetika. Tumbuh-tumbuhan dapat memberikan keindahan dari garis, bentuk, warna, dan tekstur yang ada dari tajuk, daun, batang, cabang, kulit batang, akar, bunga, buah maupun aroma. Hasil penelitian saya menunjukkan bahwa penilaian hutan kota yang berstrata banyak mempunyai nilai estetika lebih tinggi, daripada hutan kota berstrata dua.


 

Menurut Satjapradjo(1991) hutan kota secara garis besarnya mempunyai peran sebagai:

  1. Konservasi Tanah dan Air
  2. Habitat satwa
  3. Pengendali pencemaran
  4. Produksi terbatas
  5. Estetika dan pendidikan

    Manfaat dari hutan kota menurut Wirakusumah yang dikutip Fandeli(1990) antara lain: manfaat produksi berupa oksigen, penambahan kelembapan udara dan peningkatan kelestarian air. Manfaat regulatif berupa penurunan suhu, meredam kebisingan, memperkecil silau cahaya, perlindungan tanah, mengurangi polusi udara, dan menjaga kondisi lingkungan. Manfaat fisiologik antara lain keindahan serta kesehatan fisik dan mental manusia.

    Sedangkan dalam pembangunan kota, huatn kota mempunyai peranan penting dalam pengembangan kota. Peran tersebut akan berfungsi untuk menjaga dan memperbaiki kualitas lingkungan.

    Beberapa peran hutan kota menurut Dahlan(1992):

  6. Pelestarian Plasma Nutfah
  7. Penahan dan penyaring partikel padat dari udara
  8. Penyerap partikel timbale
  9. Peredam kebisingan
  10. Mengurangi bahaya hujan asam
  11. Penyerapan karbon monoksida
  12. Penyerap karbon dioksida dan penghasil oksigen.
  13. Penahan angin
  14. Penyerap dan penapis bau
  15. Mengurangi penggenangan
  16. Mengurangi intrusi air laut
  17. Ameliorasi iklim
  18. Penapis cahaya silau
  19. Sebagai habitat satwa
  20. Mengurangi abrasi pantai


     

    1. Bentuk Hutan Kota

    Berdasarkan criteria, sasaran dan fungsi penting hutan kota, ada berbagai hutan kota, yaitu:

    1. Jalur hijau

    Pohon peneduh jalan raya, jalur hijau di bawah kawat listrik tegangan tinggi, jalur hijau di tepi jalan kereta api, jalur hijau di tepi sungai di dalam kota atau di luar kota dapat dibangun dan dikembangkan sebagai hutan kota guna diperoleh manfaat kualitas lingkungan perkotaan yang baik. Tanaman yang ditanam pada daerah di bawah jalur kawat listrik dan telepon diusahakan yang rendah saja, atau boleh saja dengan tanaman yang dapat menjulang tinggi, namun pada batas ketinggian tertentu harus diberikan pemangkasan.

    Kawasan riparian seperti : delta sungai, kanal, saluran irigasi, tepian danau dan tepi pantai dapat merupakan bagian lokasi dari kegiatan pengembangan hutan kota. Penanaman tanaman di kawasan ini diharapkan dapat memperbaiki kuantitas dan kualitas air serta untuk memperkecil erosi.

    Seperti telah disebutkan di atas, jalur hijau di tepi jalan bebas hambatan yang terdiri dari jalur tanaman pisang dan jalur tanaman yang merambat serta tanaman perdu yang liat yang ditanam secara berlapis-lapis diharapkan dapat berfungsi sebagai penyelamat bagi kendaraan yang keluar dari badan jalan. Sedangkan pada bagian yang lebih luar lagi dapat ditanami dengan tanaman yang tinggi dan rindang untuk menyerap pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor.

    1. Taman Kota

    Taman dapat diartikan sebagai tanaman yang ditanam dan ditata sedemikian rupa, baik sebagian maupun semuanya hasil rekayasa manusia untuk mendapatkan komposisi tertentu yang indah. Setiap jenis tanaman mempunyai karakteristik tersendiri baik menurut bentuk, warna dan teksturnya. Ada pohon yang bentuk tajuknya kecil tinggi dan lurus (cemara lilin), tajuk pohon berbentuk piramida (cemara) dan ada juga yang bentuk tajuknya besar, bulat dan rindang (beringin). Tekstur daun dapat pula dijadikan bahan pertimbangan dalam suatu komposisi taman. Ada daun dengan tekstur yang kasar (Ficus elastica), tekstur sedang (duren) dan ada yang halus (lamtoro). Bentuk percabangan juga dapat dijadikan sebagai komponen dari suatu komposisi. Ada beberapa bentuk percabangan seperti : mendatar, menyudut (acute), menjumbai (weeping) dan tegak.

    1. Kebun dan Pekarangan

    Jenis tanaman yang ditanam di kebun dan halaman biasanya dari jenis yang dapat menghasilkan buah seperti : mangga, durian, sawo, rambutan, jambu, pala, jeruk, delima, kelapa dan lain-lain serta dari jenis yang tidak diharapkan hasil buahnya seperti : cemara, palem, pakis, filisium dan beberapa jenis lainnya. Halaman rumah dapat memberikan prestise tertentu. Oleh sebab itu halaman rumah ditata apik sedemikian rupa untuk mendapatkan citra, kebanggaan dan keindahan tertentu bagi yang empunya rumah maupun orang lain yang memandang dan menikmatinya. Maka halaman tidak hanya ditanam dengan tanaman seperti tersebut di atas, namun dilengkapi juga dengan tanaman bebungaan yang indah. Tanaman lainnya yang dapat dijumpai adalah : sayuran, empon-empon dan tanaman apotik hidup lainnya. Pada halaman rumah pun dapat dijumpai unggas, ikan dan heawan lainnya. Menurut Soemarwoto (1983) tanaman halaman rumah mempunyai fungsi integrasi antara fungsi alam hutan dengan fungsi sosial-budaya-ekonomi masyarakat.

    1. Kebunraya dan Kebun binatang

      Kebun raya, hutan raya dan kebun binatang dapat dimasukkan ke dalam salah satu bentuk hutan kota.

      Tanaman dapat berasal dari daerah setempat, maupun dari daerah lain, baik dari daerah lain di dalam negeri maupun di luar negeri.Soemarwoto (1983) berpendapat, kebun raya ada yang bersifat ekonomi dan yang bertujuan utama untuk ilmiah

    2. Hutan lindung

      Mintakat kota ke lima yaitu darah dengan lereng yang curam harus dijadikan kawasan hutan karena rawan longsor. Demikian pula dengan daerah pantai yang rawan akan abrasi air laut, hendaknya dijadikan hutan lindung.

    3. Kuburan atau Taman Makam Pahlawan.

      Pada tempat pemakaman banyak ditanam pepohonan. Nampaknya sebagai manifestasi kecintaan orang yang masih hidup terhadap orang yang sudah meninggal tak akan pernah berhenti, selama pohon tersebut masih tegak berdiri. Personifikasi ini nampaknya menyatakan bahwa dengan melalui tanaman dapat digambarkan bahwa kehidupan tidaklah berakhir dengan kematian, namun kematian adalah awal dari kehidupan.


     

    1. Kebisingan

    Bunyi merupakan gelombang tekanan yang dapat dirasakan oleh telinga manusia normal, yang tidak mengalami gangguan pada organ pendengarannya. Bunyi ada yang sengaja diciptakan dan ada yang tidak disengaja diciptakan, yang kehadirnya tidak dikehendaki. Bunyi sering disebut kebisingan.

    Masalah kebisingan menyangkut tiga komponen antara lain: sumber suara, media suara, dan penerima suara..

    Penelitian di Negara-negara berkembang menunjukan bahwa sumber utama kebisingan di daerah pemukiman adalah lalulintas jalan raya.

    Reaksi kebisingan sangat dipengaruhi oleh emosi dan bervariasi dari satu orang ke orang lain. Untuk mengetahui tingkat kebisingan secara obyektif dilakukan pengukuran dengan alat ukur pengukur intensitas suara atau tekanan suara, seperti SPL, SLI, maupun SLM.

    Skala decibel dipakai dalam pengukuran daya suara, intensitas, dan tekanan suara. Dan yang sering diukur dalam pengukuran tingkat kebisingan adalah tekanan suara.

    Tingkat kebisingan yang disebabkan lalulintas menurut Departemrent of transport UK (1988) dipengaruhi oleh:

  21. Volume kendaraan
  22. Kecepatan rata-rata kendaraan
  23. Prosentase kendaraan berat
  24. Tingkat kemiringan
  25. Jenis permukaan jalan
  26. Jarak antara sumber dan penerima kebisingan
    1. Kondisi lingkungan sekitar, seperti adanya tembok, galian, timbunan, kolam, dan tanaman.

    Peraturan pemerintah no 26. Tentang jalan tahun 1985 membagi kendaraan menjadi 5 golongan yaitu:

  27. Kendaraan penumpang/kendaraan bermotor roda3 atau sepeda motor.
  28. Truk kecil berat kurang dari 5 ton atau bus mikro
  29. Truk sedang
  30. Bus
  31. Truk berat

    Kebisingan sudah menjadi gangguan serius bagi manusia. Manusia membutuhkan suasana yang tenang dalam bekerja maupun aktifitas yang membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Di luar negeri sudah ada undang-undang yang mengatur tentang tingkat kebisingan yang diperbolehkan di lingkungan pemukiman.

    1. Hutan Kota dan Kebisingan

    Menurut Dahlan(1992) pohon dapat meredam suara dengan cara mengabsorbsi gelombang suara oleh daun, cabang, dan ranting. Jenis tumbuhan yang paling efektif untuk meredam suara adalah pohon yang mempunyai tajuk yang tebal dengan daun yang rindang. Kovacs (1985) mengemukakan bahwa pepohonan dapat mengurangi suara dengan cara menyerap dan menahannya, dan kayu dari jenis decioudeus yang mempunyai struktur laminar mampu menyerap dan meneruskan gelombang suara, juga dapat menurunkan intensitas suara. Sedang conifer jarum yang berbentuk silinder mampu mendistribusikan suara.

    Daun dari pohon dan semak dapat mendistribusikan suara. Kekuatan gelombang suara yang melalui pagar hidup dapat diper kecil dengan gerakan-gerakan daun. Dan suara yang dibaurkan atau dipantulkan membaur oleh pohon-pohon sehingga intensitasnya dan frekuensinya berkurang.

    Menurut Wiener dan Kast (1959) menyatakan bahwa gelombang suara akan banyak diserap oleh penutup yanah (ground cover) dan tajuk pohon, penghamburan atau penyebaran suara oleh cabang dan ranting dianggap tidak penting.

    Pudjiharto (1980) menyatakan bahwa penanaman pohon-pohonan dan semak dengan lebar 20 sampai 30 meter adalah penghalang efektif suara bising dari lalu lintas bila jarak jalur itu 24 meter dari jalan raya. Dengan kombinasi antara pohon, semak dan solid barier (pagar beton) kekerasan suara dapat dikurangi sebesar 0,25 nya dari jarak 45 meter sampai 140 meter jika barier diletakkan diantara sumber suara dan penerima suara. Jalur pohon selebar 30 meter dan tinggi 15 meter dengan tanaman rapat dapat menjadi pelindung yang penting dari kebisingan jalan raya.

    Untuk mempertinggi efektifitas tanaman, pohon-pohonan dan semak dibangun penghalang padat (tanah) setinggi 2 sampai 3 meter dengan lebar 15 sampai 30 meter dan diatasnya ditanami tanaman. Hasil kombinasi antara pohon-pohonan, semak dan solid barier yang bias berbentuk tembok dapat menurunkan suara dari 6 dBA sampai 15 dBA di belakang barier. Unsur tanaman dapat melengkapi kekurangan solid barier, dan solid barier dapat melengkapi kekurangan tanaman.

    Menurut Stepens(1985) menyatakan bahwa kemampuan pohon dan semak dalam mengurangi suara tergantung pada jarak antara sumber suara dan tempat tinggalnya serta tergantung pada daya pohon dalam mengabsorbsi suara. Struktur halus dari daun jarum mengurangi kekerasan gelombang suara lebih tinggi dari jenis lainnya.


     

    Daftar Pustaka

    www.dephut.go.id

    tugasku dewe…..

Minggu, 05 April 2009

Taman Nasional Wakatobi

 


 

  

Taman Nasional Wakatobi memiliki potensi sumberdaya alam laut yang bernilai tinggi baik jenis dan keunikannya, dengan panorama bawah laut yang menakjubkan. Secara umum perairan lautnya mempunyai konfigurasi dari mulai datar sampai melandai kearah laut, dan beberapa daerah perairan terdapat yang bertubir curam. Kedalaman airnya bervariasi, bagian terdalam mencapai 1.044 meter dengan dasar perairan sebagian besar berpasir dan berkarang.

Taman nasional ini memiliki 25 buah gugusan terumbu karang dengan keliling pantai dari pulau-pulau karang sepanjang 600 km. Lebih dari 112 jenis karang dari 13 famili diantaranya Acropora formosa, A. hyacinthus, Psammocora profundasafla, Pavona cactus, Leptoseris yabei, Fungia molucensis, Lobophyllia robusta, Merulina ampliata, Platygyra versifora, Euphyllia glabrescens, Tubastraea frondes, Stylophora pistillata, Sarcophyton throchelliophorum, dan Sinularia spp.

  


 

Kekayaan jenis ikan yang dimiliki taman nasional ini sebanyak 93 jenis ikan konsumsi perdagangan dan ikan hias diantaranya argus bintik (Cephalopholus argus), takhasang (Naso unicornis), pogo-pogo (Balistoides viridescens), napoleon (Cheilinus undulatus), ikan merah (Lutjanus biguttatus), baronang (Siganus guttatus), Amphiprion melanopus, Chaetodon specullum, Chelmon rostratus, Heniochus acuminatus, Lutjanus monostigma, Caesio caerularea, dan lain-lain.


 

Selain terdapat beberapa jenis burung laut seperti angsa-batu coklat (Sula leucogaster plotus), cerek melayu (Charadrius peronii), raja udang erasia (Alcedo atthis); juga terdapat tiga jenis penyu yang sering mendarat di pulau-pulau yang ada di taman nasional yaitu penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu tempayan (Caretta caretta), dan penyu lekang (Lepidochelys olivacea).

Masyarakat asli yang tinggal di sekitar taman nasional yaitu suku laut atau yang disebut suku Bajau. Menurut catatan Cina kuno dan para penjelajah Eropa, menyebutkan bahwa manusia berperahu adalah manusia yang mampu menjelajahi Kepulauan Merqui, Johor, Singapura, Sulawesi, dan Kepulauan Sulu. Dari keseluruhan manusia berperahu di Asia Tenggara yang masih mempunyai kebudayaan berperahu tradisional adalah suku Bajau. Melihat kehidupan mereka sehari-hari merupakan hal yang menarik dan unik, terutama penyelaman ke dasar laut tanpa peralatan untuk menombak ikan.

Pulau Hoga (Resort Kaledupa), Pulau Binongko (Resort Binongko) dan Resort Tamia merupakan lokasi yang menarik dikunjungi terutama untuk kegiatan menyelam, snorkeling, wisata bahari, berenang, berkemah, dan wisata budaya.

  


 


Musim kunjungan terbaik
: bulan April s/d Juni dan Oktober s/d Desember setiap tahunnya.

Cara pencapaian lokasi: Kendari ke Bau-bau dengan kapal cepat regular setiap hari dua kali dengan lama perjalanan lima jam atau setiap hari dengan kapal kayu selama 12 jam. Dari Bau-bau ke Lasalimu naik kendaraan roda empat selama dua jam, lalu naik kapal cepat Lasalimu-Wanci selama satu jam atau kapal kayu Lasalimu-Wanci selama 2,5 jam. Wanci merupakan pintu gerbang pertama memasuki kawasan Taman Nasional Wakatobi.


 

  

  

 


 

Kantor : Jl. Dayanu Ikhsanudin, Bau-bau
Buton, Sulawesi Tenggara
Telp. (0402) 25652
E-mail: tnkw-buton@msn.com


 

  


 

Dinyatakan ----
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 393/Kpts-V/1996
luas 1.390.000 hektar
Ditetapkan Menteri Kehutanan, SK No. 765/Kpts-II/2002
luas 1.390.000 hektar
Letak Kabupaten Buton, Provinsi Sulawesi Tenggara

Temperatur udara 19° - 34° C
Curah hujan 1.000 – 2.200 mm/tahun
Ketinggian tempat 0 - 3 meter dpl
Letak geografis 5°12' - 6°10' LS, 123°20' - 124°39' BT


 

Sumber : Dephut

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

 


 

  

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan pegunungan rendah, hutan bakau, hutan pantai, savana, dan hutan rawa air tawar di Sulawesi.

Vegetasi savana di taman nasional ini memiliki ciri khas dan keunikan, karena merupakan asosiasi antara padang rumput dengan tumbuhan agel, lontar dan bambu duri serta semak belukar, juga tumbuhan di sepanjang sungai-sungai yang mengalir di padang savana tersebut.

Keanekaragaman tumbuhan di dalam kawasan ini sangat menonjol yaitu setidaknya tercatat 89 famili, 257 genus dan 323 spesies tumbuhan, diantaranya lara (Metrosideros petiolata), sisio (Cratoxylum formosum), kalapi (Callicarpa celebica), tongke (Bruguiera gimnorrhiza), lontar (Borassus flabellifer), dan bunga teratai (Victoria spp.).

  


 

Kawasan ini juga menjadi habitat berbagai jenis burung, tercatat 155 jenis burung ada di dalamnya, 32 jenis diantaranya tergolong langka dan 37 jenis tergolong endemik. Burung-burung tersebut antara lain maleo (Macrocephalon maleo), bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), bangau sandang lawe (Ciconia episcopus episcopus), raja udang kalung putih (Halcyon chloris chloris), kakatua putih besar (Cacatua galerita triton), elang-alap dada-merah (Accipiter rhodogaster rhodogaster), merpati hitam Sulawesi (Turacoena manadensis), dan punai emas (Caloena nicobarica), Terdapat satu jenis burung endemik di Sulawesi Tenggara yaitu kacamata Sulawesi (Zosterops consobrinorum). Burung tersebut tidak pernah terlihat selama puluhan tahun yang lalu, namun saat ini terlihat ada di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.


 

Jenis primata yang ada yaitu tangkasi/podi (Tarsius spectrum spectrum) dan monyet hitam (Macaca nigra nigra). Satwa langka dan dilindungi lainnya seperti anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis), anoa pegunungan (B. quarlesi), soa-soa (Hydrosaurus amboinensis), kuskus kerdil (Strigocuscus celebensis celebensis), rusa (Cervus timorensis djonga), babirusa (Babyrousa babyrussa celebensis), dan musang Sulawesi (Macrogalidia musschenbroekii musschenbroekii).

  


 


Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Pulau Harapan II.
Terletak di tengah-tengah Rawa Aopa untuk melihat panorama alam rawa, burung air yang sedang mengintai ikan, dan bersampan.
Pantai Lanowulu. Bersampan di sepanjang sungai menuju pantai, hutan bakau, berenang, dan wisata bahari.
Gunung Watumohai. Pendakian dan berkemah. Di lereng gunung tersebut terdapat padang savana untuk melihat ratusan ekor rusa yang sedang merumput, burung-burung, dan satwa lainnya.

Atraksi budaya di luar taman nasional yaitu Festival Tolaki pada bulan Desember di Kendari.
Musim kunjungan terbaik: bulan Juni s/d Oktober setiap tahunnya.

Cara pencapaian lokasi: Kendari-Punggaluku-Tinanggea-Lanowulu (+ 120 km) dengan waktu dua jam 30 menit, atau Kendari-Motaha-Tinanggea-Lanowulu (± 130 km) selama tiga jam, dan Kendari-Lambuya-Aopa-Lanowulu berjarak + 145 km dengan waktu tempuh sekitar empat jam menggunakan mobil.


 

  

Kantor : Lanowulu, Tinanggea

Kendari 93385, Sulawesi Tenggara


 

Dinyatakan Menteri Kehutanan, tahun 1989
dengan luas 96.804 hektar
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 756/Kpts-II/1990
dengan luas 105.194 hektar
Ditetapkan ---
Letak Kab. Kendari, Kab. Buton dan Kab. Kolaka,
Provinsi Sulawesi Tenggara
Temperatur udara 23° - 30° C
Ketinggian tempat 0 - 981 meter dpl
Letak geografis 4°00' - 4°36' LS, 121°46' - 122°09' BT


 

Sumber : Dephut

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai

 


 

  

Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan pegunungan rendah, hutan bakau, hutan pantai, savana, dan hutan rawa air tawar di Sulawesi.

Vegetasi savana di taman nasional ini memiliki ciri khas dan keunikan, karena merupakan asosiasi antara padang rumput dengan tumbuhan agel, lontar dan bambu duri serta semak belukar, juga tumbuhan di sepanjang sungai-sungai yang mengalir di padang savana tersebut.

Keanekaragaman tumbuhan di dalam kawasan ini sangat menonjol yaitu setidaknya tercatat 89 famili, 257 genus dan 323 spesies tumbuhan, diantaranya lara (Metrosideros petiolata), sisio (Cratoxylum formosum), kalapi (Callicarpa celebica), tongke (Bruguiera gimnorrhiza), lontar (Borassus flabellifer), dan bunga teratai (Victoria spp.).

  


 

Kawasan ini juga menjadi habitat berbagai jenis burung, tercatat 155 jenis burung ada di dalamnya, 32 jenis diantaranya tergolong langka dan 37 jenis tergolong endemik. Burung-burung tersebut antara lain maleo (Macrocephalon maleo), bangau tong-tong (Leptoptilos javanicus), bangau sandang lawe (Ciconia episcopus episcopus), raja udang kalung putih (Halcyon chloris chloris), kakatua putih besar (Cacatua galerita triton), elang-alap dada-merah (Accipiter rhodogaster rhodogaster), merpati hitam Sulawesi (Turacoena manadensis), dan punai emas (Caloena nicobarica), Terdapat satu jenis burung endemik di Sulawesi Tenggara yaitu kacamata Sulawesi (Zosterops consobrinorum). Burung tersebut tidak pernah terlihat selama puluhan tahun yang lalu, namun saat ini terlihat ada di Taman Nasional Rawa Aopa Watumohai.


 

Jenis primata yang ada yaitu tangkasi/podi (Tarsius spectrum spectrum) dan monyet hitam (Macaca nigra nigra). Satwa langka dan dilindungi lainnya seperti anoa dataran rendah (Bubalus depressicornis), anoa pegunungan (B. quarlesi), soa-soa (Hydrosaurus amboinensis), kuskus kerdil (Strigocuscus celebensis celebensis), rusa (Cervus timorensis djonga), babirusa (Babyrousa babyrussa celebensis), dan musang Sulawesi (Macrogalidia musschenbroekii musschenbroekii).

  


 


Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Pulau Harapan II.
Terletak di tengah-tengah Rawa Aopa untuk melihat panorama alam rawa, burung air yang sedang mengintai ikan, dan bersampan.
Pantai Lanowulu. Bersampan di sepanjang sungai menuju pantai, hutan bakau, berenang, dan wisata bahari.
Gunung Watumohai. Pendakian dan berkemah. Di lereng gunung tersebut terdapat padang savana untuk melihat ratusan ekor rusa yang sedang merumput, burung-burung, dan satwa lainnya.

Atraksi budaya di luar taman nasional yaitu Festival Tolaki pada bulan Desember di Kendari.
Musim kunjungan terbaik: bulan Juni s/d Oktober setiap tahunnya.

Cara pencapaian lokasi: Kendari-Punggaluku-Tinanggea-Lanowulu (+ 120 km) dengan waktu dua jam 30 menit, atau Kendari-Motaha-Tinanggea-Lanowulu (± 130 km) selama tiga jam, dan Kendari-Lambuya-Aopa-Lanowulu berjarak + 145 km dengan waktu tempuh sekitar empat jam menggunakan mobil.


 

  

Kantor : Lanowulu, Tinanggea

Kendari 93385, Sulawesi Tenggara


 

Dinyatakan Menteri Kehutanan, tahun 1989
dengan luas 96.804 hektar
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 756/Kpts-II/1990
dengan luas 105.194 hektar
Ditetapkan ---
Letak Kab. Kendari, Kab. Buton dan Kab. Kolaka,
Provinsi Sulawesi Tenggara
Temperatur udara 23° - 30° C
Ketinggian tempat 0 - 981 meter dpl
Letak geografis 4°00' - 4°36' LS, 121°46' - 122°09' BT


 

Sumber : Dephut

Taman Nasional Bunaken

 


 

  

Taman Nasional Bunaken merupakan perwakilan ekosistem perairan tropis Indonesia yang terdiri dari ekosistem hutan bakau, padang lamun, terumbu karang, dan ekosistem daratan/pesisir.

Pada bagian Utara terdiri dari pulau Bunaken, pulau Manado Tua, pulau Montehage, pulau Siladen, pulau Nain, pulau Nain Kecil, dan sebagian wilayah pesisir Tanjung Pisok. Sedangkan pada bagian Selatan meliputi sebagian pesisir Tanjung Kelapa.

Potensi daratan pulau-pulau taman nasional ini kaya dengan jenis palem, sagu, woka, silar dan kelapa. Jenis satwa yang ada di daratan dan pesisir antara lain kera hitam Sulawesi (Macaca nigra nigra), rusa (Cervus timorensis russa), dan kuskus (Ailurops ursinus ursinus).

Jenis tumbuhan di hutan bakau Taman Nasional Bunaken yaitu Rhizophora sp., Sonneratia sp., Lumnitzera sp., dan Bruguiera sp. Hutan ini kaya dengan berbagai jenis kepiting, udang, moluska dan berbagai jenis burung laut seperti camar, bangau, dara laut, dan cangak laut.


 

Jenis ganggang yang terdapat di taman nasional ini meliputi jenis Caulerpa sp., Halimeda sp., dan Padina sp. Padang lamun yang mendominasi terutama di pulau Montehage, dan pulau Nain yaitu Thalassia hemprichii, Enhallus acoroides, dan Thalassodendron ciliatum.

Tercatat 13 genera karang hidup di perairan Taman Nasional Bunaken, didominasi oleh jenis terumbu karang tepi dan terumbu karang penghalang. Yang paling menarik adalah tebing karang vertikal sampai sejauh 25-50 meter.


 

Sekitar 91 jenis ikan terdapat di perairan Taman Nasional Bunaken, diantaranya ikan kuda gusumi (Hippocampus kuda), oci putih (Seriola rivoliana), lolosi ekor kuning (Lutjanus kasmira), goropa (Ephinephelus spilotoceps dan Pseudanthias hypselosoma), ila gasi (Scolopsis bilineatus), dan lain-lain.

Jenis moluska seperti kima raksasa (Tridacna gigas), kepala kambing (Cassis cornuta), nautilus berongga (Nautilus pompillius), dan tunikates/ascidian.

  


 

Musim kunjungan terbaik: bulan Mei s/d Agustus setiap tahunnya.

Cara pencapaian lokasi: Taman Nasional Bunaken dapat dicapai melalui Pelabuhan Manado, Marina Nusantara Diving Centre (NDC) di Kecamatan Molas dan Marina Blue Banter. Dari Pelabuhan Manado dengan menggunakan perahu motor menuju pulau Siladen dapat ditempuh + 20 menit, pulau Bunaken + 30 menit, pulau Montehage + 50 menit dan pulau Nain +60 menit. Dari Blue Banter Marina dengan menggunakan kapal pesiar yang tersedia menuju daerah wisata di pulau Bunaken dapat ditempuh dalam waktu 10-15 menit, sedangkan dari pelabuhan NDC menuju lokasi penyelaman di pulau Bunaken dengan menggunakan speed boat ditempuh dalam waktu + 20 menit.


 

  

Kantor: Jl. Raya Molas, Kotak Pos 1202
Manado 95242, Sulawesi Utara
Telp./Fax.: (0431) 859022
E-mail : tnb@manado.wasantara.net.id


 

Dinyatakan ----
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 730/Kpts-II/1991
luas 89.065 hektar
Ditetapkan ---
Letak Kabupaten Minahasa dan Kotamadya
Manado, Provinsi Sulawesi Utara
Temperatur udara 26° - 31° C
Curah hujan 2.500 – 3.500 mm/tahun
Ketinggian tempat 0 – 800 meter dpl
Salinitas 33 - 35 °/OO
Kecerahan 10 - 30 m
Pasang surut 2,5 meter
Musim Barat November s/d Februari
Musim Timur Maret s/d Oktober
Letak geografis 1°35' - 1°49' LU, 124°39' - 124°35' BT


 


 

Sumber: dephut

Taman Nasional Bantimurung - Bulusarung

Ditetapkan pada tanggal 18 oktober 2004, dengan luas taman nasional ± 43.750 (empat puluh tiga ribu tujuh ratus lima puluh) hektar terdiri dari Cagar Alam seluas ± 10.282,65 (sepuluh ribu dua ratus delapan puluh dua enam puluh lima perseratus) hektar, Taman Wisata Alam seluas ± 1.624,25 (seribu enam ratus dua puluh empat dua puluh lima perseratus) hektar, Hutan Lindung seluas ± 21.343,10 (dua puluh satu ribu tiga ratus empat puluh tiga sepuluh perseratus) hektar, Hutan Produksi Terbatas seluas ± 145 (seratus empat puluh lima) hektar, dan Hutan Produksi Tetap seluas ± 10.355 (sepuluh ribu tiga ratus lima puluh lima) hektar terletak di Kabupaten Maros dan Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan sebagai Taman Nasional Bantimurung - Bulusaraung.

Jenis flora dan fauna Taman Nasional Bantimurung-Bulusarung sangat beranekaragam antara lain : Bintangur (Calophyllum sp.), Beringin (Ficus sp.), Nyato (Palaquium obtusifolium), dan flora endemik Sulawesi Kayu hitam (Diospyros celebica), berbagai jenis satwa liar yang khas dan endemik diantaranya Kera hitam (Macaca maura), Kuskus sulawesi (Phalanger celebencis), Musang sulawesi (Macrogolidia mussenbraecki), Rusa (Cervus timorensis), burung Enggang hitam (Halsion cloris), Raja udang (Halsion cloris), Kupu-kupu (Papilio blumei, Papilio satapses, Troides halipton, Troides helena), berbagai jenis amfibia dan reptilia seperti Ular phyton (Phyton reticulates), Ular daun, Biawak besar (Paranus sp.), Kadal terbang, dan lainnya.

Lanskap Taman Nasional Bantimurung – Bulusarung ini cukup menarik antara lain memiliki lansekap karst yang unik, gua-gua dengan ornamen stalaktit dan stalakmit, gua-gua yang bernilai historis/situs purbakala, panorama alam yang indah, air terjun, yang dapat dikembangkan sebagai laboratorium alam untuk ilmu pengetahuan dan pendidikan konservasi alam serta kepentingan ekowisata, juga merupakan daerah tangkapan air bagi kawasan di bawahnya dan beberapa sungai penting di Provinsi Sulawesi Selatan seperti S. Walanea, S. Pangkep, S. Pute, dan S. Bantimurung.

Taman Nasionan Togean

Ditetapkan pada tanggal 19 oktober 2004 seluas ± 362.605 (tiga ratus enam puluh dua ribu enam ratus lima) hektar terdiri dari Hutan Lindung seluas ± 10.659 (sepuluh ribu enam ratus lima puluh sembilan) hektar, Hutan Produksi Terbatas seluas ± 193 (seratus sembilan puluh tiga) hektar, Hutan Produksi Tetap seluas ± 11.759 (sebelas ribu tujuh ratus lima puluh sembilan) hektar, Hutan Produksi yang dapat dikonversi seluas ± 3.221 (tiga ribu dua ratus dua puluh satu) hektar, dan kawasan perairan laut seluas ± 336.773 (tiga ratus tiga puluh enam ribu tujuh ratus tujuh puluh tiga) hektar terletak di Kabupaten Tojo Una-Una, Provinsi Sulawesi Tengah sebagai kawasan Taman Nasional Kepulauan Togean.

Flora dan Fauna antara lain 262 jenis terumbu karang diantaranya endemik (Acropoda togeanensis), 596 jenis ikan diantaranya endemik (Paracheilinus togeanensis dan Ecsenius sp.) 555 moluska serta jenis langka lainnya seperti Kima raksasa (Tridacna gigas), Kima sisik (Tridacna squamosa), Penyu hijau (Chelonia mydas), Penyu sisik (Eretmochelys imbricata), Lola (Trochus niloticus), Dugong (Dugong dugong), Paus pilot dan berbagai jenis biota darat yang dilindungi dan endemik seperti Rusa (Cervus timorensis), Monyet togean (Macaca togeanus), Biawak togean (Varanus salvator togeanesis), dan jenis langka seperti Kuskus beruang (Phalanger ursinus), Tarsius (Tarsius spectrum), Babi rusa (Babyrousa babirussa), Ketam kenari (Birgus latro), 97 jenis burung, 363 jenis flora antara lain Meranti (Shorea sp.), Kayu besi (Intsia bijuga), Palapi (Heritiera sp.), 33 jenis tumbuhan mangrove, berbagai jenis amphibia dan reptilian.

Sumber : Dephut

Taman Nasional Taka Bonerate

 


 

  

Taman Nasional Taka Bonerate memiliki karang atol terbesar ketiga di dunia yaitu setelah Kwajifein di Kepulauan Marshal dan Suvadiva di Kepulauan Moldiva. Luas atol tersebut sekitar 220.000 hektar, dengan terumbu karang yang tersebar datar seluas 500 km².

Topografi kawasan sangat unik dan menarik, dimana atol yang terdiri dari gugusan pulau-pulau gosong karang dan rataan terumbu yang luas dan tenggelam, membentuk pulau-pulau dengan jumlah yang cukup banyak. Diantara pulau-pulau gosong karang, terdapat selat-selat sempit yang dalam dan terjal. Sedangkan pada bagian permukaan rataan terumbu, banyak terdapat kolam-kolam kecil yang dalam dan dikelilingi oleh terumbu karang. Pada saat air surut terendah, terlihat dengan jelas daratan kering dan diselingi genangan air yang membentuk kolam-kolam kecil.

Tumbuhan yang terdapat di daerah pantai didominasi oleh kelapa (Cocos nucifera), pandan laut (Pandanus sp.), cemara laut (Casuarina equisetifolia), dan ketapang (Terminalia catappa).


 

Terumbu karang yang sudah teridentifikasi sebanyak 261 jenis dari 17 famili diantaranya Pocillopora eydouxi, Montipora danae, Acropora palifera, Porites cylindrica, Pavona clavus, Fungia concinna, dan lain-lain. Sebagian besar jenis-jenis karang tersebut telah membentuk terumbu karang atol (barrier reef) dan terumbu tepi (fringing reef). Semuanya merupakan terumbu karang yang indah dan relatif masih utuh.

Terdapat sekitar 295 jenis ikan karang dan berbagai jenis ikan konsumsi yang bernilai ekonomis tinggi seperti kerapu (Epinephelus spp.), cakalang (Katsuwonus spp.), napoleon wrasse (Cheilinus undulatus), dan baronang (Siganus sp.).

Sebanyak 244 jenis moluska diantaranya lola (Trochus niloticus), kerang kepala kambing (Cassis cornuta), triton (Charonia tritonis), batulaga (Turbo spp.), kima sisik (Tridacna squamosa), kerang mutiara (Pinctada spp.), dan nautilus berongga (Nautilus pompillius).

Jenis-jenis penyu yang tercatat termasuk penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu lekang (Dermochelys coriacea).


 

Sebanyak 15 buah pulau di Taman Nasional Taka Bonerate dapat dilakukan kegiatan menyelam, snorkeling, dan wisata bahari lainnya.

Musim kunjungan terbaik: bulan April s/d Juni dan Oktober s/d Desember setiap tahunnya.

Cara pencapaian lokasi: Mengg-gunakan bis dari Makassar ke Bulukumba (153 km) dengan waktu tempuh lima jam, kemudian ke pelabuhan Pamatata Selayar dengan ferry sekitar dua jam, yang dilanjutkan ke Benteng sekitar 1,5 jam. Dari Benteng ke pulau terdekat yaitu Rajuni Kecil menggunakan kapal kayu sekitar lima jam.

  


 


 

  

Kantor: Jln. S. Parman 40, Benteng
Selayar 92812, Sulawesi Selatan
Telp./Fax.: (0414) 21565
Web site: http//www.taka-bonerate.com


 

Dinyatakan ----
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No.280/Kpts-II/1992
Luas 530.765 hektar
Ditetapkan ----
Letak Kabupaten Selayar, Provinsi Sulawesi Selatan

Temperatur perairan 28° - 32° C
Salinitas 34 – 35 °/00
Kecerahan 80 – 100 %
Oksigen terlarut 4,5 – 6,0 ppm
Pasang surut 1 – 1,5 meter
Kecepatan angin 33 - 50 cm/detik
Musim Barat Januari s/d Maret
Musim Timur Juli s/d September
Letak geografis 6°16' - 7°06' LS, 120°54' - 121°25' BT


 

Sumber :dephut

 

Taman Nasional Lore Lindu

 


 

  

Taman Nasional Lore Lindu memiliki berbagai tipe ekosistem yaitu hutan pamah tropika, hutan pegunungan bawah, hutan pegunungan sampai hutan dengan komposisi jenis yang berbeda.

Tumbuhan yang dapat dijumpai di hutan pamah tropika dan pegunungan bawah antara lain Eucalyptus deglupta, Pterospermum celebicum, Cananga odorata, Gnetum gnemon, Castanopsis argentea, Agathis philippinensis, Philoclados hypophyllus, tumbuhan obat, dan rotan.

Hutan sub-alpin di taman nasional ini berada diatas ketinggian 2.000 meter dpl. Keadaan hutannya sering diselimuti kabut, dan sebagian besar pohonnya kerdil-kerdil yang ditumbuhi lumut.

  


 

Di dalam kawasan taman nasional terdapat berbagai ragam satwa yaitu 117 jenis mamalia, 88 jenis burung, 29 jenis reptilia, dan 19 jenis amfibia. Lebih dari 50 persen satwa yang terdapat di kawasan ini merupakan endemik Sulawesi diantaranya kera tonkean (Macaca tonkeana tonkeana), babi rusa (Babyrousa babyrussa celebensis), tangkasi (Tarsius diannae dan T. pumilus), kuskus (Ailurops ursinus furvus dan Strigocuscus celebensis callenfelsi), maleo (Macrocephalon maleo), katak Sulawesi (Bufo celebensis), musang Sulawesi (Macrogalidia musschenbroekii musschenbroekii), tikus Sulawesi (Rattus celebensis), kangkareng Sulawesi (Penelopides exarhatus), ular emas (Elaphe erythrura), dan ikan endemik yang berada di Danau Lindu (Xenopoecilus sarasinorum).


 

Disamping kekayaan dan keunikan sumberdaya alam hayati, taman nasional ini juga memiliki kumpulan batuan megalitik yang bagus dan merupakan salah satu monumen megalitik terbaik di Indonesia.

Taman Nasional Lore Lindu mendapat dukungan bantuan teknis internasional, dengan ditetapkannya sebagai Cagar Biosfir oleh UNESCO pada tahun 1977.

Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Lembah Besoa.
Melihat habitat maleo, megalit dan rekreasi.
Danau Lindu, Gimpu, Wuasa, Bada. Danau, bersampan dan pengamatan satwa burung.
Lembah Saluki, Lembah Bada, Lembah Napu. Melihat berbagai batu megalit.
Gunung Nokilalaki, Gunung Rorekatimbo, Sungai Lariang. Pendakian dan berkemah serta arung jeram.
Danau Lewuto. Danau dan melihat peninggalan mayat Moradino.
Dongi-dongi, Kamarora. Berkemah, air panas, lintas hutan, pengamatan satwa.

Atraksi budaya di luar taman nasional yaitu Festival Danau Poso pada bulan Agustus.


Musim kunjungan terbaik: bulan Juli s/d September setiap tahunnya.

  


 


 

Cara pencapaian lokasi: Dapat dicapai dengan kendaraan roda empat: Palu-Kamarora (50 km) dengan waktu tempuh 2,5 jam, Palu-Wuasa (100 km) lima jam dan Wuasa-Besoa (50 km) empat jam. Palu- Kulawi (80 km) enam jam. Perjalanan di dalam kawasan dapat dilakukan dengan jalan kaki ataupun dengan naik kuda dengan route : Gimpu-Besoa-Bada selama tiga hari dan Saluki (Sidaonta) – Danau Lindu selama satu hari.


 

  

Kantor: Jl. Mawar No. 10
Palu, Sulawesi Tengah
Telp./Fax.: (0451) 423608


 

Dinyatakan Menteri Pertanian, tahun 1982
luas 231.000 hektar
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 593/Kpts-II/1993
luas 229.000 hektar
Ditetapkan Menteri Kehutanan, SK No. 646/Kpts-II/1999
luas 217.991,18 hektar
Letak Kab. Donggala dan Kab. Poso,
Provinsi Sulawesi Tengah
Temperatur udara 22° - 34° C
Curah hujan 2.000 - 3.000 mm/tahun
Ketinggian tempat 500 – 2.600 meter dpl
Letak geografis 1°03' - 1°58' LS, 119°57' - 120°22' BT


 

Sumber : Dephut

Taman Nasional Bogani Nani Wartabone

 


 

  

Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yang sebelumnya bernama Dumoga Bone, memiliki berbagai keunikan ekologi sebagai kawasan peralihan geografi daerah Indomalayan di sebelah Barat dan Papua-Australia di sebelah Timur (Wallaceae Area).

Tumbuhan yang khas dan langka di Taman Nasional Bogani Nani Wartabone yaitu palem matayangan (Pholidocarpus ihur), kayu hitam (Diospyros celebica), kayu besi (Intsia spp.), kayu kuning (Arcangelisia flava) dan bunga bangkai (Amorphophallus companulatus). Sedangkan tumbuhan yang umum dijumpai seperti Piper aduncum, Trema orientalis, Macaranga sp., cempaka, agathis, kenanga, berbagai macam jenis anggrek, dan tanaman hias.

Taman Nasional Bogani Nani Wartabone memiliki 24 jenis mamalia, 125 jenis aves, 11 jenis reptilia, 2 jenis amfibia, 38 jenis kupu-kupu, 200 jenis kumbang, dan 19 jenis ikan. Sebagian besar satwa yang ada di taman nasional merupakan satwa khas/endemik pulau Sulawesi seperti monyet hitam/yaki (Macaca nigra nigra), monyet dumoga bone (M. nigrescens), tangkasi (Tarsius spectrum spectrum), musang Sulawesi (Macrogalidia musschenbroekii musschenbroekii), anoa besar (Bubalus depressicornis), anoa kecil (B. quarlesi), babirusa (Babyrousa babirussa celebensis), dan berbagai jenis burung.

  


 

Satwa burung yang menjadi maskot taman nasional adalah maleo (Macrocephalon maleo), dan kelelewar bone (Bonea bidens) merupakan satwa endemik taman nasional.

Ukuran badan burung maleo hampir sama dengan ayam, namun telurnya 6 kali berat telur ayam. Maleo meletakan telurnya di dalam tanah/pasir sedalam 30-40 cm, dan biasanya terletak berdekatan dengan sumber air panas. Dengan panas bumi inilah telur maleo menetas. Keluarnya anak maleo dari dalam tanah, larinya anak maleo ke alam bebas (umur sehari), mengintip induknya yang sedang menggali lubang; merupakan salah satu atraksi satwa yang menarik bagi para wisatawan.


 


Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:

Kosinggolan. Berkemah, pendakian ke Gunung Poniki, pengamatan satwa/tumbuhan.
Toraut, Lombongo, Tambun. Danau, air terjun Tumpah, sumber air panas, berkemah, mendaki gunung Padang, lintas hutan, berenang, atraksi maleo dan peninggalan budaya (batu berkamar).
Matayangan. Atraksi maleo, kera hitam, burung rangkong mandi di sungai dan lain-lain.

Atraksi budaya di luar taman nasional yaitu Festival Bolaang Mongondow pada bulan Maret dan Festival Gorontalo pada bulan Mei.

  

  


 

Musim kunjungan terbaik: bulan April s/d September setiap tahunnya.

Cara pencapaian lokasi: Menggunakan kendaraan roda empat ditempuh Manado – Kotamobagu (185 km) sekitar empat jam. Dari Kotamobagu ke Toraut (69 km) sekitar satu jam atau dari Kotamobagu ke Maelang (100 km) sekitar tiga jam.


 

  

Kantor: Jl. AKD Mongkonai
Kotamobagu 95716, Sulawesi Utara
Telp. (0434) 22548; Fax. (0434) 22547


 

Dinyatakan Menteri Pertanian, tahun 1982
luas 300.000 hektar
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 731/Kpts-II/1992
luas 287.115 hektar
Ditetapkan ----
Letak Kabupaten Bolaang Mongondow, Provinsi
Sulawesi Utara dan Kabupaten Gorontalo, Provinsi Gorontalo
Temperatur udara 21° - 31° C
Curah hujan 1.200 – 2.000 mm/tahun
Ketinggian tempat 50 – 2.000 meter dpl.
Letak geografis 0°20' - 0°49' LU, 123°08' - 124°14' BT


 

Sumber: dephut