WELCOME TO FOREST CONSERVATION

SAVE OUR FOREST
WILL
SAVE OUR WORLD

SAVE OUR FOREST
FOR
A BETTER FUTURE

Selasa, 05 Mei 2009

Keanekaragaman Jenis dan Penyebaran Kura-kura dan Penyu

Seluruhnya, diperkirakan terdapat sekitar 260 spesies kura-kura dari 12-14 suku (familia) yang masih hidup di pelbagai bagian dunia. Di Indonesia sendiri terdapat sekitar 45 jenis dari sekitar 7 suku kura-kura dan penyu.

  1. Anak bangsa Pleurodira
  • Chelidae, kura-kura leher ular

Suku ini dinamai demikian karena kebanyakan anggotanya memiliki leher yang panjang. Karena tak dapat ditarik masuk, kepala kura-kura ini hanya dilipat menyamping di sisi tubuhnya di bawah lindungan pinggiran tempurung badannya.

Suku kura-kura leher ular menyebar terutama di Papua dan Australia serta pulau-pulau di sekitarnya, dan di Amerika Selatan. Di luar tempat-tempat tersebut ditemukan pula di Pulau Rote, Nusa Tenggara. Habitat kura-kura ini adalah perairan tawar. Beberapa jenisnya yang ada di Indonesia, di antaranya:
Kura-kura rote (Chelodina mccordi)
Kura-kura papua (Chelodina novaeguineae)
Kura-kura perut putih (Elseya branderhosti)

  • Pelomedusidae

Seperti kerabat terdekatnya, Chelidae, anggota suku ini merupakan kura-kura air tawar. Kura-kura ini hidup di Amerika Selatan, Afrika dan Madagaskar dan tidak didapati di Indonesia.

2. Anak bangsa Cryptodira

  • Cheloniidae, penyu

Penyu hidup sepenuhnya akuatik di lautan. Kecuali yang betina ketika bertelur, penyu boleh dikatakan tidak pernah lagi menginjak daratan setelah dia mengenal laut semenjak menetas dahulu. Kepala, kaki dan ekor penyu tak dapat ditarik masuk ke tempurungnya. Kaki-kaki penyu yang berbentuk dayung, dan lubang hidungnya yang berada di sisi atas moncongnya, merupakan bentuk adaptasi yang sempurna untuk kehidupan laut.

Penyu tersebar luas di samudera-samudera di seluruh dunia. Dari tujuh spesies anggota suku ini, enam di antaranya ditemukan di Indonesia. Beberapa contohnya adalah:
Penyu hijau (Chelonia mydas)
Penyu sisik (Eretmochelys imbricata)

  • Dermochelyidae, penyu belimbing

Suku penyu ini hanya memiliki satu anggota saja, yakni penyu belimbing (Dermochelys coriacea). Hidup di lautan-lautan besar hingga ke daerah dingin, penyu ini merupakan kura-kura terbesar yang masih hidup. Panjang tubuhnya (panjang karapas) dapat mencapai 3 m, meski umumnya hanya sekitar 1.5 m atau kurang, dan beratnya mendekati 1 ton.

  • Chelydridae

Suku ini terdiri dari kura-kura air tawar berekor panjang dan berkepala besar, yang menyebar di Amerika. Dengan perkecualian satu marga anggotanya (Platysternon) yang menyebar di Tiongkok dan Indochina. Beberapa ahli memasukkan Platysternon ke dalam suku tersendiri, Platysternidae. Tidak ada di Indonesia.

  • Kinosternidae

Yakni suku kura-kura air tawar kecil dari Amerika bagian tengah. Hewan yang mampu mengeluarkan bau tak enak ini tidak terdapat di Indonesia.

  • Dermatemyidae

Juga menyebar terbatas di Amerika Tengah. Dermatemys berukuran relatif besar dan hidup di sungai-sungai.

  • Carettochelyidae, labi-labi moncong babi

Suku ini hanya memiliki satu anggota yang hidup, yakni labi-labi moncong babi (Carettochelys insculpta). Lainnya telah punah dan hanya ditemukan dalam bentuk fosil. Labi-labi ini menyebar terbatas di Papua bagian selatan dan di Australia bagian utara.

  • Trionychidae, labi-labi

Menyebar luas di Amerika utara, (Eropa ?), Afrika dan Asia, ini adalah suku labi-labi yang paling banyak jenisnya. Di Australia, suku ini hanya tinggal berupa fosil. Beberapa contohnya dari Indonesia adalah:
Bulus (Amyda cartilaginea)
Manlai alias labi-labi bintang (Chitra chitra)
Labi-labi hutan (Dogania subplana)
Labi-labi irian (Pelochelys bibroni)
Antipa, labi-labi raksasa (Pelochelys cantori)

  • Emydidae

Ini adalah suku kura-kura akuatik dan semi akuatik yang hidup di air tawar di Eropa, Asia dan terutama di Amerika. Emydidae merupakan salah satu suku kura-kura terbesar dari segi jumlah anggotanya. Tidak ada spesiesnya di Indonesia kecuali dalam bentuk hewan introduksi sebagai hewan peliharaan. Salah satu contohnya yang banyak dipelihara di Indonesia adalah kura-kura telinga merah (Trachemys scripta)

  • Geoemydidae

Merupakan suku kura-kura yang terbanyak anggotanya, Geoemydidae (dahulu disebut Bataguridae) terutama menyebar di Asia Tenggara. Di luar itu, anggota suku ini juga ditemukan di Afrika bagian utara, Erasia dan Amerika tropis. Ini adalah suku kura-kura air tawar yang terutama hidup di sungai-sungai, meskipun sering pula ditemui di daratan. Di Indonesia terdapat sekitar 11 jenisnya. Di antaranya:
Biuku (Batagur baska)
Beluku atau tuntong (Callagur borneoensis)
Kuya batok (Cuora amboinensis)

  • Testudinidae, kura-kura darat sejati

Adalah suku kura-kura darat dengan banyak anggota yang tersebar luas di seluruh dunia. Kura-kura raksasa dari Kepulauan Galapagos dan kura-kura darat berumur panjang dari Kep. Seychelles di atas termasuk ke dalam suku ini. Dua anggotanya terdapat di Indonesia:
Baning sulawesi (Indotestudo forsteni)
Baning coklat (Manouria emys)

3. Anak bangsa Paracryptodira

punah

Sumber :

www.wikipedia.co.id

43 Things Tags: Satwa liar, Kura-kura, Penyu

Evolusi Kura-kura dan Penyu

Bagaimana batok kura-kura itu terbentuk dan berkembang dalam proses evolusinya, belum diperoleh keterangan yang jelas. Fosil kura-kura tertua kedua yang berasal dari Masa Trias (sekitar 210 juta tahun silam), Proganochelys, telah berbentuk mirip dengan kura-kura masa kini. Perbedaannya, tulang belulang di bagian punggung belum begitu melebar dan belum semuanya menyatu membentuk tempurung yang sempurna. Kura-kura purba hidup dan berkembang kurang lebih sejaman dengan dinosaurus. Archelon, misalnya, merupakan kura-kura raksasa yang diameter tubuhnya dapat mencapai lebih dari 4 m. Fosil kura-kura tertua yang ditemukan saat ini adalah Odontochelys yang ebrasal dari sekitar 220 juta tahun silam.

Banyak jenis kura-kura yang hidup sekarang mampu menyembunyikan kepala, kaki dan ekornya ke dalam tempurungnya, sehingga dapat menyelamatkan diri. Namun beberapa kura-kura primitif, seperti contohnya penyu, tak dapat menarik masuk anggota badannya itu.

Kura-kura hidup di berbagai tempat, mulai daerah gurun, padang rumput, hutan, rawa, sungai dan laut. Sebagian jenisnya hidup sepenuhnya akuatik, baik di air tawar maupun di lautan. Kura-kura ada yang bersifat pemakan tumbuhan (herbivora), pemakan daging (karnivora) atau campuran (omnivora).

Kura-kura tidak memiliki gigi. Akan tetapi perkerasan tulang di moncong kura-kura sanggup memotong apa saja yang menjadi makanannya.

Ukuran tubuh kura-kura bermacam-macam, ada yang kecil ada yang besar. Biasanya ditunjukkan dengan panjang karapasnya (CL, carapace length). Kura-kura terbesar adalah penyu belimbing, yang karapasnya dapat mencapai panjang 300 cm. Labi-labi terbesar adalah labi-labi irian, dengan panjang karapas sekitar 51 inci. Sementara kura-kura raksasa dari Kep. Galapagos dan Kep. Seychelles panjangnya dapat melebihi 50 inci. Sedangkan yang terkecil adalah kura-kura mini dari Afrika Selatan, yang panjang karapasnya tidak melebihi 8 cm.

Kura-kura berbiak dengan bertelur (ovipar). Sejumlah beberapa butir (pada kura-kura darat) hingga lebih dari seratus butir telur (pada beberapa jenis penyu) diletakkan setiap kali bertelur, biasanya pada lubang pasir di tepi sungai atau laut, untuk kemudian ditimbun dan dibiarkan menetas dengan bantuan panas matahari. Telur penyu menetas kurang lebih setelah dua bulan (50-70 hari) tersimpan di pasir.

Jenis kelamin anak kura-kura yang bakal lahir salah satunya ditentukan oleh suhu pasir tempat telur-telur itu tersimpan. Pada kebanyakan jenis kura-kura, suhu di atas rata-rata kebiasaan akan menghasilkan hewan betina. Dan sebaliknya, suhu di bawah rata-rata cenderung menghasilkan banyak hewan jantan.

Kura-kura termasuk salah satu jenis hewan yang berumur panjang. Reptil ini dapat hidup puluhan tahun, bahkan seekor kura-kura darat dari Kep. Seychelles tercatat hidup selama 152 tahun (1766 – 1918).

Sumber :

www.wikipedia.co.id

43 Things Tags: Satwa liar, Kura-kura, Penyu

KURA - KURA DAN PENYU

Kura-kura dan penyu adalah hewan bersisik berkaki empat yang termasuk golongan reptil. Bangsa hewan yang disebut (ordo) Testudinata (atau Chelonians) ini khas dan mudah dikenali dengan adanya 'rumah' atau batok (bony shell) yang keras dan kaku.

Batok kura-kura ini terdiri dari dua bagian. Bagian atas yang menutupi punggung disebut karapas (carapace) dan bagian bawah (ventral, perut) disebut plastron. Kemudian setiap bagiannya ini terdiri dari dua lapis. Lapis luar umumnya berupa sisik-sisik besar dan keras, dan tersusun seperti genting; sementara lapis bagian dalam berupa lempeng-lempeng tulang yang tersusun rapat seperti tempurung. Perkecualian terdapat pada kelompok labi-labi (Trionychoidea) dan jenis penyu belimbing, yang lapis luarnya tiada bersisik dan digantikan lapisan kulit di bagian luar tempurung tulangnya.

Dalam bahasa Indonesia, kita mengenal tiga kelompok hewan yang termasuk bangsa ini, yalah penyu (bahasa Inggris: sea turtles), labi-labi atau bulus (freshwater turtles), dan kura-kura (tortoises). Dalam bahasa Inggris, dibedakan lagi antara kura-kura darat (land tortoises) dan kura-kura air tawar (freshwater tortoises atau terrapins).

sumber :

www.wikipedia.co.id

43 Things Tags: Satwa liar, Kura-kura, Penyu

Minggu, 03 Mei 2009

KEPUNAHAN PADA HARIMAU SUMATERA (Panthera tigris sumatrae)

  • Indonesia memiliki tiga sub spesies harimau (Panthera tigris) dari delapan subspesies yang ada di dunia.
  • Tiga sub spesies harimau dunia telah dikategorikan punah di alam dan dua subspesies di antaranya terdapat di Indonesia yaitu harimau Bali (P.t. balica) punah tahun 1930-an dan harimau Jawa (P.t. sondaica) punah tahun 1980-an (Ramono & Santiapillai 1994; Seidensticker et al. 1999).
  • Harimau sumatera (P.t. sumatrae) merupakan satu-satunya sub spesies harimau yang masih bertahan hidup di Indonesia.
  • Hasil suatu penilaian pada tahun 1992 melaporkan bahwa penyebaran populasi harimau sumatera hanya terdapat pada 26 kawasan konservasi dan kawasan hutan lainnya yang terpisah secara geografis yang mana jumlah populasi di alam diperkirakan tinggal 400-500 ekor (Ministry of Forestry 1994).
  • Akan tetapi saat ini, angka populasi tersebut dipastikan semakin berkurang
  • IUCN (2006) telah mengategorikan harimau sumatera dalam status "critically endangered" atau satwa langka yang kritis yaitu kategori tertinggi dari
    ancaman kepunahan.
  • Di Indonesia, pemerintah telah melindungi harimau
    sumatera yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah nomor 7 tahun 1999
    tentang pengawetan jenis tumbuhan dan satwa.

    Penyebab Kepunahan

  • hilangnya habitat harimau Sumatera akibat konversi hutan
  • perburuan harimau sumatera
  • Berkurangnya spesies mangsa
  • angka kelahiran rendah,
  • Angka kematian bayi cukup tinggi,
  • Tingkat ancaman tinggi

    Upaya pelestarian yang efektif memerlukan informasi yang akurat diantaranya, yaitu :

  • ukuran populasi pada suatu wilayah,
  • distribusi geografi jenis
  • konektivitas antar kawasan,
  • aspek ekologi dan biologi spesies.

    Informasi tersebut diperlukan untuk mengetahui habitat yang sesuai, ukuran populasi dan ancaman untuk menyusun suatu strategi pelestarian jangka pendek, jangka menengah dan jangka panjang pada suatu kawasan.

    Solusi

  • meminimalisasi kerusakan habitat, dengan cara/ mengurangi konversi lahan
  • adanya kontrol terhadap perburuan liar dan perdagangan illegal serta mempertegas hukum tentang pelarangan perburuan liar dan perdagangan illegal terhadap harimau dan mangsanya
  • perluasan habitat, dengan membangun koridor satwa
  • Monitoring terhadap perkembangan populasi yang masih bertahan


     

    Sumber :

    Kuliah riset


     


     


 

Peranan Manusia dalam Perlindungan Hutan

Peranan manusia dalam perlindungan hutan :

  • Manusia sebagai penyebab kerusakan hutan.
  1. Pembalakan liar

    Penurunan signifikan hasil tegakan dari tahun ke tahun akibat ilegal logging

  2. Kebakaran hutan

    Manusia sebagai penyebab/pendukung tersedianya komponen kebakaran hutan

  3. Penggembalaan di dalam hutan

    - Menimbulkan kerusakan pada tanaman (kelas umur muda)

    - Mengikis hara tempat tumbuh

    - Merusak salah satu/lebih komponen ekosistem

  4. Ketidaksiapan menghadapi hama dan penyakit

    - Terjadi ledakan hama

    - Terjadi epidemi penyakit


 

  • Manusia sebagai pelaku kegiatan perlindungan hutan.
  1. . Pengambil kebijakan sektor kehutanan
  • Kebijakan dalam hama dan penyakit
  • Kebijakan dalam pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan, penggembalaan di dalam hutan, serta pembalakan liar


 

  1. . Peneliti ahli (expert researcher)

    Kontinuitas penelitian, mengingat umur tegakan hutan yang panjang


     

  2. Tenaga profesional di lapangan

    Penerapan kebijakan dan hasil penelitian untuk diaplikasikan langsung pada tanaman kehutanan


     


     

Jumat, 01 Mei 2009

DATA TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU

Taman nasional adalah suatu kawasan alam yag mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi, yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi.

Visi :

Terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistem Taman Nasional Gunung Merbabu yang dapat memberikan manfaat optimal bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan memperhatikan aspek ekologi, ekonomi, social dan budaya masyarakat.

Misi :

  1. Menetapkan penataan zonasi dengan memperhatikan aspek ekologi, ekonomi, social dan budaya masyrakat sekitar kawasan.
  2. Mengoptimalkaan fungsi dan potensi SDA hayati dan ekosistem yang dapat memberikan manfaat ekonomi, social dan budaya secara lestari dan seimbang.
  3. Meningkatkan perlindungan dan keamanan serta pengendalian kebakaran kawasan untuk menjamin kelestarian SDA hayati dan ekosistemnya.
  4. Meningkatkan promosi dan informasi dalam menunjang pemanfaatan kawasan dan jenis TSL.
  5. Meningkatkan pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan pariwisata alam.
  6. Meningkatkan koordinasi, kerjasama dan kemitraan dengan berbagai pihak terkait dalam menunjang pengelolaan yang efektif dan efisien.
  7. Meningkatkan partisipasi masyarakat dan pemberdayaan masyarakat di sekitar kawasan.
  8. Meningkatkan sarana dan prasarana pengelolaan serta jumlah dan kualitas SDM.

Tugas Pokok :

Melakukan penyelenggaraan konservasi SDA H&E dan pengelolaan kawasan taman nasional berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.

Fungsi :

  1. Penataan zonasi, penyusunan rencana kegiatan, pemantauan dan evaluasi pengelolaan kawasan taman nasional.
  2. Pengelolaan taman nasional.
  3. Penyidikan, perlindungan, dan pengamanan kawasan taman nasional.
  4. Pengendalian kebakaran hutan.
  5. Promosi , informasi, dan publikasi KSDA H&E.
  6. Pengembangan bina cinta alam dan penyuluhan KSDA H&E.
  7. Kerjasama pengembangan KSDA H&E.
  8. Pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan.
  9. Pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan dan alam.
  10. Tata usaha dan rumah tangga.

Luas Taman Nasional Gunung Merbabu 6011,7 ha menurut Surat Keputusan Menteri Kehutanan No : 135/Menhut/II/2004 tanggal 4 mei 2004 tentang perubaahan fungsi kawasan hutan lindung dan taman wisata alam pada kelompok hutan Gunung Merbabu seluas +/- 5725 ha yang terletak di kabupaten magelang, Semarang dan Boyolali Provinsi Jawa Tengah.

Balai Taman Nasional Gunung Merbabu dibagi menjadi 2 seksi Pengelolaan Taman Nasional (STPN) :

  • STPN Wilayah I Kopeng ( Kab. Semarang dan Kab. Boyolali )
  • STPN Wilayah II Krogowanan ( Kab. Magelang )

Ekosistem dan Flora

Tipe Ekosistem/Habitat :

  • Tipe hutan pegunungan bawah (1000-1500 mdpl)
  • Tipe hutan pegunungan atas ( 1500 – 2400 mdpl )
  • Tipe hutan pegunungan sub alpin ( 2400 – 3142 mdpl)

Flora

  • Acacia decuren, pinus, bintami, puspa.

Fauna :

  • Macan Tutul, musang, kijang, monyet ekor panjang, lutung abu/rekrekan, bajing, dan kucing hitam.

Aves :

  • Elang hitam, kacamata gunung, anis gunung, bentet kelabu, caladi ulam, srigunting kelabu, sepah gunung, cekakak jawa, tekukur biasa, kipasan ekor merah.

Wisata Alam :

  • TWA tuk songo.
  • Ketep pass
  • Wisata budaya kuda lumping, jathilan, dll.
  • Tracking Gunung Merbabu ( Ds Tekelan, Ds Cuntel, Ds wekas, Ds selo, Ds Sandisari ).
  • Camping ground.

Hidrologi :

Taman Nasional Gunung Merbabu merupakan daerah penyangga kehidupan yang penting bagi kawasan di bawahnya dan merupakan daerah tangkapan air. Terdapat beberapa sumber air di kawasan Gunung Merbabu yaitu

  1. DAS Serayu,opak, progo ( mata air kelantang, mata air kawah banyu kuning, air terjun teyeng ).
  2. DAS Permali jratun.

Permasalahan yang ditemui di Taman Nasional Gunung Merbabu :

  1. Adanya pencurian SDA (kayu, pasir, pakis dan tanaman hias )
  2. Adanya bencana alam (kebakaran hutan, tanah longsor)
  3. Adanya perambahan untuk budidaya pertanian.
  4. Tanda batas dan zonasi yang belum selesai
  5. Ketergantungan masyarakat yang tinggi.
  6. Sumber air yang semakin berkurang.
  7. Masih ada perburuan satwa.
  8. Pendakian yang tak terorganisir.
  9. Penutupan lahan dan vegetasi yang rendah.
  10. Minimnya sarana dan prasarana.
  11. Minimnya pengetahuan masyarakat terhadap taman national.
  12. Adanya enclave dan fragmentasi.
  13. Masih adanya kegiatan pengambilan getah di taman nasional.

Kegiatan :

  • Inventarisasi aves
  • Pembuatan jalur patroli
  • Penanaman jalur hijau
  • Pembentukan dan training MPA.
  • Sentra penyuluhan kehutanan pedesaan.
  • Pembuatan leaflet TN.
  • Operasi pengamanan kawasan.
  • Pembinaan dan pengawasan pendakian
  • Survey habitat satwa
  • Pembuatan banner dan leaflet
  • Sosialisasi taman nasional.


 


 

SUMBER : handout NN