Terdapat tiga anak jenis banteng liar: B. javanicus javanicus (di Jawa, Madura, dan Bali), B. javanicus lowi (di Kalimantan, jantannya berwarna coklat bukan hitam), dan B. javanicus birmanicus (di Indocina). Anak jenis yang terakhir digolongkan sebagai Terancam oleh IUCN.
Hewan ini bertubuh tegap, besar dan kuat dengan bahu bagian depannya lebih tinggi daripada bagian belakang tubuhnya (Alikodra, 1983). Panjang tubuh dan kepala banteng adalah 18-22.5 cm; panjang ekor 6.5-7 cm, memiliki tinggi 12-19 cm dan berat 400-900 kg (Grzimek, 1975; Lekagul & Mc. Neely, 1977). Di kepalanya terdapat sepasang tanduk, pada bagian dadanya terdapat gelambir (dewlap) yang dimulai dari pangkal kaki depan sampai bagian leher, tetapi tidak mencapai daerah kerongkongan.
Banteng banyak terdapat di areal terbuka, namun sangat tergantung ketebalan semak-semak dan hutan tempat berlindung. Banteng mungkin aktif setiap saat namun akan menjadi nocturnal di area yang mengalami gangguan manusia (Lekagul & Mc. Neely, 1977).
Banteng hidup dari rumput, bambu, buah-buahan, dedaunan, dan ranting muda. Banteng umumnya aktif baik malam maupun siang hari, tapi pada daerah pemukiman manusia, mereka beradaptasi sebagai hewan nokturnal. Banteng memiliki kecenderungan untuk berkelompok pada kawanan berjumlah dua sampai tiga puluh ekor. Di Jawa, Taman Nasional Ujung Kulon, Taman Nasional Meru Betiri, Taman Nasional Bali Barat, Taman Nasional Alas Purwo dan Taman Nasional Baluran menjadi pertahanan terakhir hewan asli Asia Tenggara ini.
Sumber:
wikipedia
www.merubetiri.com